Page 65 - (New Flip) Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
P. 65
Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Meskipun demikian masih ada satu kejadian yang belum
terjawab sampai kini, bagaimana naskah otentik proklamasi yang
dibacakan oleh Sukarno pada tanggal 17 Agustus 1945 bisa
menghilang sampai 20 tahun dan baru muncul pada awal tahun 1965
di tangan D.N Aidit yang menyerahkannya kepada Sukarno selaku
Presiden/Pemimpin Besar Revolusi. Selama naskah otentik itu hilang
maka yang dikenal luas adalah naskah konsep atau klad yang menurut
Sayuti Melik pada dini hari tanggal 17 Agustus 1945 itu diambil dan
dibawa pulang dari rumah Laksamana Maeda oleh BM Diah yang
44
kemudian mencetaknya di harian Merdeka.
Revolusi Indonesia sudah dimulai dan mendapat respon luar
biasa di seluruh Nusantara. Jepang bereaksi cepat. Atas perintah
Panglima Militer Jepang di Jawa, Maeda beserta seluruh stafnya
ditangkap dan pengumuman kemerdekaan yang dikirimkan lewat pos
ke berbagai wilayah disobek oleh Kempetai. Pada hari berikutnya,
Jepang mengumumkan pembubaran Peta, Heiho dan semua organisasi
Indonesia bersenjata. Konsekuensi dari kebijakan itu, semua senjata
yang dibawa oleh pemuda pejuang harus diserahkan kepada Jepang.
Namun, pemuda pejuang bersikukuh dan tidak mau menyerahkan,
bahkan di beberapa daerah terjadi perlawanan terhadap tentara
45
Jepang. Bendera kebangsaan Indonesia dilarang oleh Jepang. Akan
tetapi Sukarno menganggap bahwa bendera merah putih adalah simbol
perjuangan, ia memerintahkan untuk mengibarkan merah putih di
gedung-gedung umum. Dalam enam minggu, bendera merah putih
yang merupakan simbol revolusi Indonesia sudah berkibar di seluruh
gedung penting di Jawa.
1.8. Penyebarluasan Berita Proklamasi
Berita proklamasi segara disebarluaskan. Golongan pelajar,
Sukarni, dan kaigun bergerak ke seluruh kota mengatur dan
menyiapkan penyebaran dan pengumuman proklamasi sampai pagi
hari. Di jalan Bogor Lama, misalnya, diadakan perundingan-
perundangan di antara pemuda untuk mengatur penyebaran siaran-
siaran sampai pagi. Di pagi harinya, pusat perundingan berpindah ke
Kepuh kemudian pindah lagi ke Def van Den Bosch 56. Di sinilah pusat
dari ketiga golongan (golongan pelajar, Sukarni dan Golongan kaigun)
bekerja bersama menyusun strategi. Dengan cepat dilakukan
percetakan kilat (roneo) yang dibantu tenaga rakyat dan kaum buruh
kantor berita ‗Domei‘. Pekerjaan percetakan kilat ini dapat
menyelesaikan beribu-ribu surat selebaran pada pagi buta tanggal 17
Agustus 1945.
53