Page 94 - (New Flip) Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
P. 94
Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
muda tampil sebagai wartawan. Tidak itu saja, kaum muda mempunyai
peran yang sangat menentukan dalam beberapa pengambilalihan
percetakan atau pengalihan kepemilikan/pengelolaan surat kabar lama
(Jepang) ke tangan republik.
Walaupun dalam proses penerbitan surat kabar ada kerjasama
yang harmonis antara kaum tua dengan kaum muda, namun dalam
pengaktualan proklamasi secara sosial dan politik terdapat perbedaan
yang cukup kontras antara kedua kelompok masyarakat itu. Sejarah
membuktikan bahwa ada banyak perbedaan antara kaum tua dan kaum
muda di masa-masa awal revolusi. Kenyataan ini terjadi merata di
hampir seluruh daerah Indonesia. Perbedaan-perbedaan itu bahkan
telah menjadi kajian pula oleh sejumlah sejarawan. Bagian berikut
34
menampilkan ―disharmonis‖ di antara kedua aktor sejarah tersebut.
2.4. Aktualisasi Proklamasi: ―Kaum Muda‖ vs ―Kaum Tua‖
Hari-hari pertama era revolusi kemerdekaan adalah saat-saat
dominannya peranan pemuda. Bila di Jakarta pemuda berhasil
―mendesak‖ Sukarno-Hatta untuk memproklamirkan kemerdekaan
tanggal 17 Agustus, maka di beberapa daerah di Sumatera, berkat
desakan para pemuda pula sejumlah pemuka dan pemimpin daerah
mau menyatakan sikap terhadap berita proklamasi. Dengan kata lain,
atas desakan serta respon pemuda itulah proklamasi kemerdekaan bisa
diaktualkan di pulau tersebut.
Seperti telah di sebut di atas, berita proklamasi telah diketahui
warga Bukittinggi pada tanggal 17 Agustus malam, dan besoknya
tanggal 18 Agustus informasi itu telah tersebar dengan cukup luas di
kota tersebut. Berita (naskah ketikan proklamasi) juga sudah
disampaikan kepada Mohammad Syafei dan Adinegoro. Dua petinggi
Chu Sangi In dan sekaligus pemimpin terkemuka di Sumatera Barat
tersebut menyikapi berita proklamasi dengan sikap ―kaum tua‖. Segera
35
setelah menerima/mengetahui adanya berita proklamasi, Mohammad
36
Syafei segera menyingkir ke Kayutanam, sedangkan Adinegoro
37
memperlihatkan sikap ragu dengan berita itu.
Sikap Adinegoro yang ragu tersebut membuat sejumlah pemuda
tidak sabar, dan tanggal 18 malam mereka mendatanginya kembali
serta meminta naskah (teks) proklamasi yang berada di tangannya. Para
82