Page 93 - (New Flip) Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
P. 93
Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Untuk mewujudkan upaya mereka, para pendukung republik
misalnya merebut percetakan yang dikuasai Jepang atau menerbitkan
surat kabar. Di Aceh misalnya para pejuang merebut percetakan dan
kemudian menerbitkan surat kabar yang diberi nama Semangat
Medeka. Di Medan terbit Pewarta Deli, Kerakyatan dan Mimbar Umum
(tahun 1946 surat kabar yang disebut terakhir ini pindah ke
Tebingtinggi). Di Pematang Siantar terbit Suluh Merdeka. Di Tapanuli
(Tarutung), pada bulan Oktober 1945 diterbitkan surat kabar Suara
29
Nasional dan di Sibolga terbit harian Rakyat. Di Sumatera Barat
(Padangpanjang) pada bulan September terbit majalah Berjuang dan
bulan November terbit harian Demokrasi, di Padang pada bulan
September terbit surat kabar Utusan Sumatera dan Suara Sumatera,
masih di bulan September di Bukittinggi terbit harian Pedoman Kita,
dan di kota yang sama pada bulan Oktober terbit pula surat kabar
Kedaulatan Rakyat. Surat kabar Kedaulatan Rakyat dengan pemimpin
redaksinya Adinegoro ini merupakan surat kabar terbesar di Sumatera
Barat pada masa awal revolusi, tirasnya waktu itu mencapai 14.000
30
eksemplar. Walaupun agak terlambat, namun masih dalam masa
revolusi, di Pakanbaru, Bengkalis dan Rengat juga terbit surat kabar
yang sangat penting artinya sebagai alat propaganda dan penerangan
dari pemerintah RI dalam menghadapi pemberitaan Belanda yang
cendrung menyiarkan berita yang salah, tidak benar serta memojokan
pemerintah RI. Di Pakanbaru ada dua surat kabar, yaitu Perjuangan dan
Our Struggle (berbahasa Inggris). Di Bengkalis terbit surat kabar Obor
Rakyat dan di Rengat diterbitkan harian Dwi Warna. Di Palembang,
31
tanggal 5 September surat kabar Palembang Shinbum diambilalih dan
diganti namanya menjadi Sumatera Baru (1Juni 1946 namanya berganti
lagi menjadi Obor Rakyat). Tahun 1946 juga terbit surat kabar Fikiran
32
Rakyat.
Ada kenyataan yang menarik dari keberadaan surat kabar
―nasionalis‖ di atas. Pemilik, pemimpin redaksi dan wartawan berbagai
surat kabar itu tidak hanya ―orang Indonesia asli‖ (bumiputera), tetapi
juga ada dari kalangan Tionghoa. Dengan demikian perjuangan
penegakan proklamasi melalui media massa juga dilakukan oleh
kalangan Tionghoa.
33
Di kalangan ―bumiputera‖ terlihat peran yang berbeda antara
kalangan tua dengan kaum muda. Kaum tua lebih banyak tampil
sebagai penggagas/pendiri dan pemimpin redaksi, sedangkan kaum
81