Page 89 - (New Flip) Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
P. 89

Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia


                dan  juga  keluarganya  dari  gangguan  berbagai  pihak  yang  melihatnya
                dari  berbagai  sisi  yang  berbeda.  Pada  saat  itu,  di  samping  seorang
                pendukung republik,  Moh.  Amir  adalah mantan dokter  pribadi  Sultan
                Langkat  dan  beristrikan  seorang  wanita  Belanda.  Sebuah  situasi  dan
                kondisi yang memang membuat dirinya dan keluarganya bisa terlindas
                roda  revolusi yang  anti-rezim  kerajaan  (bangsawan)  serta  kolonialisme
                Belanda.

                        Berita  proklamasi  yang  disampaikan  oleh  para  pegawai  Kantor
                Berita  Domei,  pegawai  PTT,  penyiar  radio,  telegram,  jasa  orang
                perseorangan  dan  melalui  sejumlah  surat  kabar  daerah,  kemudian
                diperluas oleh adanya acara perayaan hari besar keagamaan, khususnya
                perayaan  Hari  Raya  Idul Fitri. Perayaan  Idul  Fitri  tahun  itu,  yang  jatuh
                tanggal 8 September, dimanfaatkan sebagai momen penyambutan dan
                penyebarluasan  berita  proklamasi.  Pemanfaatan  kesempatan  itu
                dilakukan  di  hampir  semua  daerah  di  Sumatera,  tetapi  yang  paling
                nampak adalah di Tapanuli, tepatnya di Sibolga.
                        Sejak  berita  proklamasi  disampaikan  oleh  Hadely  Hasibuan
                tanggal  26  Agustus,  sejumlah  pemuda  dan  warga  Sibolga  mulai
                menyebarluaskan  informasi  tentang  kemerdekaan  secara  lisan  kepada
                warga  daerah.  Informasi  itu  juga  mereka  sampaikan  melalui  pamflet
                berupa  ketikan  ulang  naskah  proklamasi.  Namun,  karena  bebagai
                keterbatasan  (apalagi  kontrol  Jepang  masih  kuat),  maka  upaya  itu
                belum  mampu  menjangkau  masyarakat  yang  lebih  luas.  Karena  itu,
                dalam  rapat  yang  diadakan  oleh  Panitia  Partai  Nasional  Indonesia
                Tapanuli Tengah tanggal 7 September disepakati untuk mengumumkan
                kemerdekaan RI di Sibolga besok hari, bertepatan dengan pelaksanaan
                shalat  Hari  Raya  Idul  Fitri  1364  H.  Direncanakan  pengumuman
                kemerdekaan  itu  di  dua  tempat,  pertama  di  Mesjid  Raya  yang  akan
                dinyatakan  oleh  Hanif  Samosir  dan  di  Tanah  Lapang  Kotapraja  yang
                akan  dinyatakan  oleh  Syariful  Alamsyah.  Sayangnya,  pengumuman  di
                Mesjid  Raya  batal  dilaksanakan,  karena  panitianya  tidak  berani
                menantang  larangan  tentara  Jepang.  Rencana  pengumuman  di
                Lapangan Kotapraja tetap dilaksanakan. Bahkan, dalam kesempatan itu,
                Syariful  Alamsyah  mengajurkan  kepada  masyarakat  yang  hadir  agar
                                                                              27
                menaikan bendera merah putih di rumah mereka masing-masing.
                        Pemanfaatan perayaan Hari Raya Idul Fitri untuk menyampaikan
                pesan  dan  berita  proklamasi  juga  dilakukan  oleh  Adinegoro.  Seperti




                                                                                  77
   84   85   86   87   88   89   90   91   92   93   94