Page 147 - BUKU-AGAMA KATOLIK KELAS VII
P. 147

Karena terlanjur dianggap Pastor, Bapak Anton pun makin berpura-
                      pura menjadi pastor. Ketika dari mereka bertanya: “Lho, pembicara satu lagi
                      Pak  Anton mana?” Maka Pastor gadungan itu menjawab dengan santai:”Ia
                      tadi telpon ke saya terlambat datang. Nanti akan menyusul, dia masih dalam
                      perjalanan” Beberapa guru lain sibuk membuatkan kopi dan mengajak duduk
                      untuk bercakap-cakap dengan Pak Anton. Sementara Pastor Frans duduk
                      sendiri tidak ada yang menemani.
                          Ketika pertemuan dimulai Bapak Anton meminta Pastor Frans untuk
                      memulai acara sekaligus memperkenalkan diri. Pada saat itulah guru-guru itu
                      terkejut. Ternyata yang mereka duga sopir itu adalah  Pastor Frans. Seorang
                      peserta lalu berbicara: “Mohon maaf, kami menyangka Pak Anton itu Pastor
                      Frans, dan Pastor itu sopir. Sekali lagi mohon maaf”. Pastor Frans pun hanya
                      tersenyum. Ia tidak marah sedikitpun. Hanya saja dalam hatinya ia merasa
                      prihatin.
                      Sumber: Maman

                       Kejadian di atas merupakan satu saja dari sekian banyak kasus lainnya. Sekarang
                    masuklah dalam kelompok untuk membagikan pengalaman, entah pengalaman
                    pribadi maupun pengalaman orang lain, yang mirip dengan kisah di atas.
                       Cari contoh-contoh kasus yang menunjukkan perlakuan seseorang yang
                    diskriminatif  terhadap kesukuan, ras, agama, budaya, penampilan, jabatan, dan
                    sebagainya. Kamu dapat mencarinya di koran, buku-buku perpustakaan atau internet.

                    Beri komentarmu atas kasus-kasus tersebut!

                    2. Yesus Mengajarkan Kasih tanpa Membedakan


                       Semasa hidup-Nya  Yesus menghadapi situasi manusia yang secara sosial
                    memprihatinkan. Dalam masyarakat  Yahudi pada saat itu, ada berbagai macam
                    pandangan yang mengkotak-kotakkan manusia yang satu dengan yang lain. Ada
                    orang yang mengganggap dirinya suci, ada yang dianggap kelompok pendosa.
                    Kelompok orang suci tidak boleh bergaul atau mendekati orang berdosa jika ia tidak
                    mau ketularan dosa.  Ada kelompok orang yang menggangap dirinya paling baik dan
                    benar di hadapan Allah, ada yang dianggap kafir dan tidak layak disebut anak Allah,
                    dan sebagainya.  Yesus berjuang menghancurkan sekat-sekat itu sebagaimana tampak
                    dalam kisah Orang Samaria yang  baik hati.
                    Bacalah dan renungkan kutipan Injil: Lukas 10: 25-37 berikut ini:







                                                      Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti  141
   142   143   144   145   146   147   148   149   150   151   152