Page 96 - Cerpen Surabaya Bukan Kenangan
P. 96
“Mbak Dinda, saya bu Ida. Jangan sungkan-sungkan
ya kalau ada yang ingin ditanyakan ke ibu.” Kata Bu Ida
kepada Dinda.
Kata-kata itu yang membuat semua benteng pikiran
buruk Dinda menjadi ambruk. Ia berharap semoga guru-guru
yang lain juga akan bersikap sama dengan bu Ida. Ternyata
semua yang ada dalam pikiran Dinda tidaklah menjadi
kenyataan. Semua guru dan siswa di sekolah itu
menerimanya dengan sangat baik.
Betapa bersyukurnya Dinda mendapatkan keluarga
baru yang menerimanya dengan tangan terbuka. Hangat
dan penuh canda kalau bisa dibilang seperti itu. Ibu Dinda
yang mendapat curhat dari anaknya itupun menjadi lega,
karena di tempat asing yang bernama Surabaya ini anaknya
ada yang menjaganya.
Memang sebagai junior, Dinda sering terkena
candaan tetapi itu yang membuat mereka lebih erat tali
kekeluargaannya. Dengan adanya rekan kerja yang seperti
keluarga membuat Dinda lupa akan lelah yang ia rasakan.
Mereka sering pergi keluar bersama untuk hanya sekedar
92