Page 94 - Cerpen Surabaya Bukan Kenangan
P. 94
Tidak bisa dipungkiri Dinda, hidup seorang diri
memang berat. Tetapi banyak syukur yang ia panjatkan
kepada sang pencipta, ia mendapatkan tempat dan teman
yang seperti keluarganya sendiri.
Pertama kali ia menginjakkan kaki di tempat barunya
bekerja memang terasa canggung, karena ia harus
beradaptasi dan mengerti karakter setiap orang yang ada
disana. Pikiran yang campur aduk, pertanyaan yang banyak
muncul menjadi satu. Apakah ia akan diterima di lingkungan
sekolah dengan baik?. Apakah yang harus ia katakan untuk
memperkenalkan diri? Semua itu bercampur aduk dalam
otaknya hingga membuatnya blank.
Setelah dipersilahkan masuk oleh petugas keamanan
sekolah, ia duduk di pojok ruang guru sendiri. Karena pada
saat itu suasana masih pembelajaran. Hanya ada satu orang
petugas administrasi yang ada di ruangan itu. Dindapun
menghampiri mbak-mbak yang sibuk dengan komputernya
dan bertanya, “Mbak boleh tanya, bapak kepala sekolah ada
ya?”
90