Page 116 - 3-Bahasa Indonesia
P. 116
BIN-3.9/4.9/1/5.1
etimologis, katakata tersebut berasal dari bahasa Latin yaitu litterature yang merupakan
terjemahan dari kata grammatika yang mengandung makna tats bahasa dan puisi. Namur
kenyataannya, dalam pengertian yang dikenal saat ini kata literature ternyata mengacu pada
makna segala sesuatu yang tertulis. Padahal jika kits simak lebih jauh, manifestasi makna
tersebut tentu tidak dapat menggambarkan sastra dalam pengertian karya fiksi.
Seperti diketahui bahwa bentuk-bentuk tulisan pada umumnya yang tidak mengandung
unsur estetika bahasa, estetika isi, imajinasi tidak dapat dikategorikan sebagai karya sastra.
Dengan demikian, referensi makna yang didasarkan pada referensi harfiah dari pengertian
sastra tidak dapat dipakai sebagai perwujudan pengertian sastra itu sendiri. Jika sampai saat
ini banyak pendapat yang mengungkapkan batasan bahwa sastra merupakan tulisan yang
bernilai estetik, bukan berarti bahwa pandangan tersebut dapat menjabarkan pengertian
sastra secara tuntas. Banyak hal yang merupakan bagian dari sastra belum terangkum. Secara
mendasar, suatu teks sastra setidaknya harus mengandung tiga aspek utama yaitu,decore
(memberikan sesuatu kepada pembaca), delectare (memberikan kenikmatan (mampu
menggerakkan kreativitas pembaca).
Kriteria dasar di atas, tentu saja masih harus dijabarkan lebih lanjut pada bagian-
bagian yang lebih khusus. Karena mendefinisikan sastra tidak hanya sekedar mengurai
maknanya secara harfiah spontan dan sastra itu bersifat otonom, tidak mengacu pada sesuatu
yang lain, dan mempunyai koherensi antara unsur-unsurnya. Kreativitas dan spontanitas
merupakan dasar definisi jaman romantik. Tokoh-tokoh Romantik seperti Sartre, Coleridge
ataupun Roland Barthes merupakan pendukung bahwa sastra memang tidak lepas dari
kreasi, ekspresi, otonomi, koherensi, dan sintesis, di samping makna yang tidak terhingga.
Sebaliknya, kaum formalis, lebih menitikberatkan pada masalah sintaktik dan grafik. Fungsi
puitiklah yang dianggap dominan yang tertuang dalam struktur sintaktiknya. Tokoh formalis
seperti Mukarovsky, EE Cummings, Sjklovski, Tolstoj selalu berpangkal bahwa unsur puitik
yang terefleksi mulai aspek foregrounding merupakan faktor utama. Unsur-unsur tersebut,
misalnya, berupa ekuivalensi dan juga penyimpangan struktur-struktur bahasa yang lazim di-
pakai. Dari sinilah teks sastra ditentukan kualitasnya dan kekhasannya yang istimewa.
Merumuskan pengertian sastra secara utuh memang sangat sulit. Karena seperti yang
diutarakan oleh Mukarovsky di atas bahwa umumnya definisi yang ada hanya bersifat arsial.
Namun demikian, berdasaran definisi historik di atas, paling tidak secara global dapat
dirumuskan bahwa sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan
luapan emosi yang. spontan yang mampu mengungkapan aspek estetik baik antara aspek
@ SMA N 1 Gondangwetan Kab. Pasuruan 4