Page 27 - Legenda Rawa Pening
P. 27

terhampar  di sepanjang  jalan  menuju  singgasana
            tersebut.  Namun,  anehnya,  mengapa  tidak  ada  satu
            pun orang di tempat itu. Hanya gemericik air di kolam

            dan cicit burung bersahut-sahutan diiringi syahdunya
            suasana di istana itu. Tidak beberapa lama, ia dikejutkan
            oleh  tepukan  lembut  di  pundak  kirinya.  Ia  menoleh

            pelan  dengan  sedikit gemetar.  Alangkah  terpukaunya
            ia melihat seorang lelaki berparas tampan di depannya.
            Tanpa  bicara,  lelaki  tampan  tersebut  memberikan
            sebilah  keris  kepada  Endang  Sawitri.  Tiba-tiba  sosok

            lelaki  tampan  itu  hilang  bagai  ditelan  bumi.  Endang
            Sawitri  masih  sangat  bingung  dengan  kejadian  yang
            baru  saja  dialaminya.  Ia  mencari-cari  sosok  pemuda

            tampan  yang  memberinya  sebilah  keris  itu  di  seluruh
            sudut balairung istana, tetapi sosok tersebut tidak ada.
            Endang Sawitri memandangi keris yang kini dipegangnya

            dengan perasaan gundah dan tangan bergetar. Belum
            hilang keterkejutannya, Endang Sawitri terbangun dari
            tidurnya.

                 “Aduhai, ternyata aku hanya bermimpi,” gumamnya
            sambil tersenyum. Gemeresik dedaunan di kaki Gunung
            Telomoyo  bagai  alunan  harmoni  indah  yang  mampu
            membangkitkan  semangatnya  melanjutkan  kembali

            perjalanan pulang ke Desa Ngasem. Namun, alangkah
            terkejut ia ketika mendapati pusaka sakti yang dipinjam





                                          15
   22   23   24   25   26   27   28   29   30   31   32