Page 29 - Legenda Rawa Pening
P. 29

segala kemungkinan yang akan dihadapinya, termasuk
            kemarahan ayahandanya.
                 Sesampainya  di  Desa  Ngasem,  Endang  Sawitri

            disambut oleh warga desa dan kedua orang tuanya, Ki
            Sela Gondhang dan Nyi Mentik Bestari. Betapa bingung
            kedua  orang  tua  Endang  Sawitri  tatkala  mendapati

            sang putri  bersimpuh  seraya  menangis  tersedu-sedu
            di kaki mereka. Mereka berdua memapah sang putri ke
            serambi balai Desa Ngasem dibantu warga desa. Endang
            Sawitri masih terus menangis. Dengan sabar Nyi Mentik

            Bestari  memeluk  dan  mengelus  rambut  putri  semata
            wayangnya itu. Setelah tangis Endang Sawitri reda, Ki
            Sela Gondhang menanyai putrinya itu dengan hati-hati.

                 “Nduk,  cah  ayu,  apa  gerangan  yang membuatmu
            seperti ini? Bagaimana perjalananmu meminjam pusaka
            dari sahabat ayah, Ki Hajar Salokantara?” tanya Ki Sela

            Gondhang seraya mengelus pipi sang putri penuh kasih
            sayang.
                 “Am  ...  ampun,  Ayah.  Sa  ...  sa  ...  saya  ...  lalai,”

            jawab Endang terbata-bata.
                 Sang  ibu  kembali  memeluk  Endang  Sawitri.
            Hal  ini  membuat  Endang  Sawitri  menjadi  lebih
            tenang.  “Sudahlah,  Nduk.  Semua  ini  kehendak  Sang

            Dewata.  Pantas  saja  ibu  merasa  khawatir  dengan







                                          17
   24   25   26   27   28   29   30   31   32   33   34