Page 40 - Legenda Rawa Pening
P. 40

Peristiwa itu dianggap peristiwa aneh yang menjadi
            ancaman  bagi penduduk  desa.  Para  penduduk  desa
            kecil di dekat tempat tinggalnya makin mencibir Endang

            Sawitri.  Mereka  makin  yakin  kalau  Endang  Sawitri
            adalah perempuan yang tidak baik. Mereka bersepakat
            hendak  mengusir  Endang  Sawitri  dan  anaknya  yang

            berwujud  ular  naga  itu  karena  khawatir  keberadaan
            mereka akan mengundang murka Dewata.
                 Namun,  untungnya  hal  tersebut  berhasil  dicegah
            oleh  salah  seorang  penduduk  desa  yang  mengenal  Ki

            Sela Gondhang. Orang itu meyakini bahwa keberadaan
            Endang Sawitri dan anaknya tidak akan membahayakan.
            Ia  akan  menjamin  jika  terjadi  apa-apa,  ia  yang  akan

            melapor kepada Ki Sela Gondhang, ayah Endang Sawitri.
                 Demikianlah, akhirnya Endang Sawitri membesarkan
            anaknya dengan penuh kasih sayang meskipun sendirian

            tanpa  ada  orang  yang  sudi  membantu.  Hari  berganti
            bulan, bulan berganti tahun. Waktu terus berjalan, Baro
            Klinting yang sudah menginjak masa remaja bertanya

            kepada ibunya, apakah ia mempunyai ayah.
                 “Ibu,  apakah  aku  memiliki  ayah?”  tanya  Baro
            Klinting penuh tanya. Endang Sawitri menjawab dengan
            deraian air mata.

                 “Tentu, Nak,” jawabnya sembari menyeka pipi yang
            dibanjiri oleh air mata yang mulai menganak sungai.





                                          28
   35   36   37   38   39   40   41   42   43   44   45