Page 45 - Legenda Rawa Pening
P. 45

Setelah  melalui  perjalanan  yang  melelahkan,
            sampailah Baro Klinting di tempat yang dimaksud oleh
            ibunya. Ia melihat sebuah gua yang mulutnya tertutup

            rimbunan  tanaman  menjalar.  Dengan  hati-hati  Baro
            Klinting  menerobos  masuk  ke  dalam  gua  yang  gelap
            dan lembap itu. Dengan sorot matanya yang tajam ia

            selusuri semua relung yang ada di dalam gua tersebut.
            Tetesan  air  yang  mengalir  dari  dinding  gua  mencipta
            sebuah  denting  yang  indah.  Ornamen  gua  berupa
            stalaktit dan stalakmit menambah kemegahan isi gua.

            Baro Klinting terus menerobos masuk ke dalam gua dan
            akhirnya ia mendapati sebuah ruang yang agak luas. Di
            tengahnya terdapat sebuah batu besar yang dikelilingi

            genangan air. Samar-samar ia melihat sesosok manusia
            yang  sedang  duduk  bertapa  dengan  sikap semadi
            yang sempurna di atas batu besar itu. Ia terus melata

            mengamati  sosok tersebut  dengan  saksama.  Setelah
            beberapa  lama  mengamati,  Baro  Klinting  yakin  sosok
            tersebut adalah Ki Hajar Salokantara, ayahnya.

                 Dengan  santun  dan  penuh  hormat,  Baro  Klinting
            mengucapkan salam.
                 “Permisi,  sampurasun, apakah  benar  ini  tempat
            pertapaan Ki Hajar Salokantara?” tanya Baro Klinting

            dengan  sangat  hati-hati.  Lama  tidak  terdengar
            jawaban.  Baro  Klinting  mengulangi  kembali  salamnya





                                          33
   40   41   42   43   44   45   46   47   48   49   50