Page 52 - Legenda Rawa Pening
P. 52

minuman  pada  penduduk  desa  yang  sedang  berpesta
            itu.
                 Akhirnya, anak itu disuruh keluar dari arena pesta

            itu.  Dengan  menangis  dan  sakit  hati  yang  teramat
            sangat, anak itu pergi meninggalkan pesta. Ia berjalan
            tanpa tujuan sambil terus menangis. Akhirnya ia tiba di

            sebuah gubuk yang ternyata rumah seorang janda tua
            bernama Nyai Latung. Di depan rumah reyot itu Nyai
            Latung sedang menumbuk padi dengan lesung.
                 “Nenek!” panggil anak itu. “Saya haus. Boleh minta

            air, Nek?”
                 Nyai Latung memandang anak laki-laki kumal yang
            berdiri  di  hadapannya.  Ketika  Nyai  Latung  melihat

            keadaan  anak  yang  menangis  dengan  tubuh  penuh
            kudis  dan  berbau  amis,  hati  Nyai  Latung  merasa  iba.
            Segera Nyai Latung masuk ke dalam rumahnya seraya

            mengambil air untuk anak itu.
                 “Ini,  Nak, airnya.  Minumlah!”  kata  Nyai  Latung
            lembut.  Dengan  cepat  anak  itu  meneguk  air  minum.

            Nyai Latung terus memandangi anak itu dengan iba.
                 “Mau  air  lagi?  Apakah  kau  lapar,  Nak? Tetapi,
            Nenek hanya punya nasi, tidak ada lauk,” tanya Nyai
            Latung.

                 “Mau,  Nek.  Nasi  saja  sudah  cukup.  Saya  lapar,”
            sahut anak itu.





                                          40
   47   48   49   50   51   52   53   54   55   56   57