Page 60 - Legenda Rawa Pening
P. 60

“Siapa Baro Klinting sebenarnya? Apakah ia adalah
            jelmaan Dewata yang murka dengan penduduk desa?”
            gumam Nyai Latung penuh tanya bergejolak.

                 Dalam  termangu  ia  memandangi  air  bah di
            hadapannya menjelma menjadi genangan luas berbentuk
            rawa-rawa. Mata tua Nyai Latung menyaksikan desanya

            tenggelam tidak bersisa dan berubah menjadi hamparan
            rawa yang luas.
                 “Ah,  betapa  luas  hamparan  air  rawa  ini.  Airnya
            bening sekali. Rawa berair bening, ya, itulah nama yang

            cocok untuk tempat ini,” gumam Nyai Latung lagi.
                 Akhirnya, Nyai Latung memutuskan tinggal di pinggir
            rawa tersebut. Ia menamakan desa yang tenggelam itu

            dengan nama Rawa Pening yang berasal dari genangan
            air  bening  yang  membentuk  rawa-rawa.  Makin lama
            tempat itu makin ramai karena banyak pendatang yang

            menetap di daerah itu.
                 Di sisi lain, Ki Hajar Salokantara telah percaya bahwa
            Baro Klinting adalah anaknya sebagai jelmaan dari pusaka

            sakti yang dimilikinya. Baro Klinting yang berubah wujud
            menjadi anak manusia itu telah terbebas dari kutukan. Ia
            menemui ayahnya di lereng Gunung Telomoyo. Mereka
            berdua pun pulang menemui Endang Sawitri.




                                         ***




                                          48
   55   56   57   58   59   60   61   62   63   64