Page 7 - BULETIN SMKN AMPERA EDISI KEDUA
P. 7
“Aku harus menerima atau menolak tantangan ini? Mana mungkin aku
menerima tantangan ini, kalau aku sendiri orang yang sangat pemalu? Apalagi
suasananya juga sangat ramai begini?”, Saat itu aku terdiam dan aku bertanya
pada diriku
Ketika sedang merenung untuk mengambil keputusan, teringat sebuah
kata bijak yang pernah dikatakan oleh guruku terlintas dipikiranku.
“Allah bisa karena biasa, manusia bisa karena terbiasa”. Hal itu yang
membuatku beranikan diri dan menjadikannya motivasi untuk diriku menerima
tantangan itu.
“Iya, siap, pak guru”, jawabku.
Lalu aku bersama Ina Hasan melakukan wawancara kepada narasumber
yang dimaksud pak guruku.
“Sudah selesai”, sambil menarik nafas legah.
Saat itu, aku sangat bersyukur kepada Allah karena atas berkat-Nya, aku
dapat menyelesaikan tantangan itu dengan baik.
Ada sebuah hal yang membuatku tak menyangka. Hasil dari wawancara
kami diposting di website sekolahku. Aku sangat bangga dengan diriku. Bukan
hanya aku, Bapak dan Ibu guruku juga bangga dengan keberanianku.
Dari situlah aku tahu dan sadar akan diriku. Aku bukanlah seorang anak
yang pemalu melainkan aku adalah seorang anak yang berani. Ternyata menjadi
seorang jurnalistik itu pekerjaan yang seru. Selain itu, kita juga pandai
berbicara. Karena sekarang ini banyak orang-orang yang tidak pandai berbicara
di depan umum.
Meskipun keahlianku di bidang jurnalistik ini sedikit menonjol, Farmasi
tetap prioritas utamaku. Sebab sejak SMP aku menginginkan jurusan ini karena
cita-citaku ingin menjadi seorang APOTEKER.
3