Page 228 - Pengawasan-Mutu-Pangan_SC
P. 228

  Pengawasan Mutu Pangan  




                                                       BAB VI
                   PENERAPAN MANAJEMEN MUTU PANGAN TERPADU


                                              Ir. Astutik Pudjirahaju, M.Si.

               PENDAHULUAN

                     Studi oleh WHO Foodborne Disease Burden Epidemiology Reference Group (FERG) tahun
               2007  –  2015  melaporkan  bahwa  analisis  31  bahaya  pada  pangan  yang  menyebabkan  32
               penyakit, antara lain bakteri (E coli patogen, Salmonella, Campylobacter), virus (norovirus,
               hepatitis A virus) , parasite (cacing pita, toxoplasma gondii), toksin (aflatoksin), dan bahaya
               kimia (sianida).  Di tingkat global, diare adalah penyakit yang paling banyak terjadi akibat
               konsumsi pangan tidak aman.  Perkiraan total kasus penyakit diare akibat pangan tercemar di
               Indonesia  berkisar  10.189.312  hingga  22.476.423  kasus  dengan  biaya  penanggulangan
               4.763.051.067 – 16.752.046.500 USD atau Rp 62,8 – 233 T).  Selanjutnya, WHO Tahun 2016
               mencanangkan 10 Facts on Food Safety, yaitu 1) Lebih dari 200 penyakit terjadi melalui pangan
               yang tercemar bahaya; 2) Pangan yang tidak aman dapat menyebabkan masalah kesehatan
               jangka panjang; 3) Kelompok rentan mengalami dampak lebih parah akibat penyakit yang
               disebabkan pangan tercemar; 4) Cemaran pada pangan dapat terjadi pada titik rantai pangan
               manapun; 5) Globalisasi menyebabkan keamanan pangan menjadi lebih kompleks dan perlu
               mendapat perhatian; 6) Keamanan pangan merupakan urusan multi sector dan multi disiplin
               ilmu; 7) Kontaminasi pangan juga berdampak terhadap kehidupan ekonomi dan masyarakat;
               8)  Beberapa  bakteri  berbahaya  menjadi  resisten  terhadap  obat;  9)  Setiap  orang  memiliki
               peran untuk mewujudkan keamanan pangan; dan 10) Konsumen harus memahami praktek
               keamanan pangan.
                     Pangan yang dapat membahayakan kesehatan masyarakat memerlukan perhatian dan
               pengawasan yang khusus, terutama jenis pangan yang sudah tersebar atau terdistribusi di
               masyarakat luas.  Pangan yang membahayakan kesehatan dapat menjadi penyebab kasus
               keracunan.    Selain makanan dan pencemar lingkungan, masih ada penyebab lain yang dapat
               menimbulkan  keracunan,  antara  lain:  minuman,  produk  suplemen,  obat,  napza,  pestisida,
               tumbuhan, binatang, kimia, dan kosmetika (BPOM, 2011). Sepanjang Bulan Januari hingga
               Maret  2017,  Sentra  Informasi  Keracunan  Nasional  (SIKerNas)  telah  mengumpulkan  berita
               kejadian keracunan dari media massa online yang terdaftar di dewan pers.  Insiden keracunan
               yang dilaporkan adalah berita kejadian keracunan dengan jumlah korban lebih dari 1 orang.
               Dari 138 media massa online terdapat 20 media massa online sebagai sumber berita insiden
               keracunan.  Berdasarkan sumber tersebut terdapat jumlah insiden keracunan sebanyak 23
               insiden dan jumlah korban terdokumentasi sedikitnya 893 orang dengan korban meninggal
               dunia  sebanyak  8  jiwa.  Keracunan  akibat  pangan  mendominasi  sebanyak  19  insiden  (17
               makanan, 2 minuman).  Selain insiden keracunan pangan juga terdapat 2 insiden keracunan
               yang disebabkan oleh NAPZA, 1 insiden keracunan oleh penyebab campuran (bahan kimia dan
               minuman), dan 1 insiden keracunan yang disebabkan oleh pencemar lingkungan.




                                                           221
   223   224   225   226   227   228   229   230   231   232   233