Page 208 - BUKU PINTAR TEKNIK BUDIDAYA IKAN DAN UDANG_Press
P. 208

yang sudah seperti ini maka memperbaiki air buangan kita untuk kita
         pergunakan lagi adalah  solusi yang lebih baik.  Dengan kata  lain,  kita
         mendaur ulang air buangan tambak untuk dipergunakan budidaya lagi.
         Teknologi ini dikenal dengan teknologi daur ulang air dalam budidaya
         atau istilah lain RECIRCULATING AQUACULTURE SYSTEM.

         Resirkulasi bukan teknologi baru.

         Pada tahun 1995, serangan penyakit white spot dan Vibrio harveyi pada
         budidaya udang di tambak, luar biasa ganasnya. sementara itu, untuk
         mendapatkan benih udang windu yang  sPF sangat  sulit  dan terbatas
         jumlahnya. sebagian besar usaha pembesaran udang windu di tambak
         mengalami kegagalan dan kerugian yang sangat besar. Banyak kejadian
         udang dipanen belum waktunya. ukurannyapun tidak mencapai 10 gram,
         sehingga harganya sangat rendah. Biayapun tidak tertutup.

         Penerapan  tandon,  penggunaan  berbagai  bahan  kimia  sebagai
         desinfektan  di  tambak  sudah  tidak bisa lagi diandalkan untuk
         mengendalikan penyakit.  hal ini menyebabkan  sebagian  petambak
         beralih membudidayakan udang jenis lain yaitu udang putih jenis udang
         jerbung  dan udang peci.  udang jerbung  (Penaeus indicus) dan udang
         peci (Penaeus merguiensis) digunakan sebagai spesies alternatif sebelum
         udang vaname (Litopenaeus vannamei)resmi  diluncurkan.  selain itu,
         juga ada yang mencoba (Penaeus chinensis) meskipun dalam jumlah yang
         tidak banyak.
         selain  mencoba jenis lain,  untuk  seleksi jenis udang  yang  lebih  tahan
         penyakit, beberapa pembudidaya juga mencoba dengan teknik budidaya
         yang berbeda-beda. ada yang mencoba dengan polikultur udang windu
         dengan ikan bandeng, udang windu dengan ikan nila dan ada juga yang
         mencoba dengan sistem tertutup, sedikit ganti air serta teknologi daur
         ulang atau resirkulasi.
         Penerapan  teknologi resirkulasi  tampak  memberikan harapan.  Dari
         lahan yang ada hanya dimanfaatkan 50% untuk budidaya dan selebihnya
         digunakan  untuk  tandon  treatment.  air buangan  dari kolam  udang
         diambil kembali  dan dimasukkan ke dalam  kolam pengendapan.
         Dari  kolam pengendapan air  masuk ke kolam perlakuan biologi yang
         berisi kekerangan dan ikan bandeng dan rumput laut jenis gracillaria,
         selanjutnya  air masuk  ke tandon  yang  dipasang  aerator untuk
         meningkatkan  kandungan  oksigen terlarut  hingga  mencapai  sekitar 5
         mg/L O . Tandon yang dilengkapi dengan aeraator / kincir adalah tandon
                2
         terakhir yang airnya siap dimasukkan ke kolam udang. Dengan teknologi
         194              BUKU PINTAR TEKNIK BUDIDAYA IKAN DAN UDANG
   203   204   205   206   207   208   209   210   211   212   213