Page 12 - sejarah prambanan
P. 12

pelengkap. Candi-candi perwara disusun dalam empat baris konsentris baris terdalam

                       terdiri atas 44 candi, baris kedua 52 candi, baris ketiga 60 candi, dan baris keempat
                       sekaligus baris terluar terdiri atas 68 candi.



               2.3 Arsitektur Candi Prambanan.

                     Arsitektur  candi  Prambanan  berpedoman  kepada  tradisi  arsitektur  Hindu  yang
               berdasarkan kitab Wastu Sastra. Denah candi mengikuti pola mandala, sementara bentuk candi

               yang  tinggi  menjulang  merupakan  ciri  khas  candi  Hindu.  Prambanan  memiliki  nama  asli
               Siwagrha  dan  dirancang  menyerupai  rumah  Siwa,  yaitu  mengikuti  bentuk  gunung  suci

               Mahameru, tempat para dewa bersemayam. Seluruh bagian kompleks candi mengikuti model
               alam semesta menurut konsep kosmologi Hindu, yakni terbagi atas beberapa lapisan ranah,

               alam atau Loka.

                     Seperti Candi Borobudur, Prambanan juga memiliki tingkatan zona candi, mulai dari
               yang kurang suci hingga ke zona yang paling suci. Meskipun berbeda nama, tiap konsep Hindu

               ini memiliki sandingannya dalam konsep Buddha yang pada hakikatnya hampir sama. Baik

               lahan denah secara horizontal maupun vertikal terbagi atas tiga zona:
                     Bhurloka (dalam Buddhisme: Kamadhatu), adalah ranah terendah makhluk yang fana;

               manusia, hewan, juga makhluk halus dan iblis. Di ranah ini manusia masih terikat dengan hawa
               nafsu, hasrat, dan cara hidup yang tidak suci. Halaman terluar dan kaki candi melambangkan

               ranah bhurloka.
                     Bhuwarloka (dalam Buddhisme: Rupadhatu), adalah alam tegah, tempat orang suci, resi,

               pertapa, dan dewata rendahan. Di alam ini manusia mulai melihat cahaya kebenaran. Halaman

               tengah dan tubuh candi melambangkan ranah bhuwarloka.
                     Swarloka  (dalam  Buddhisme:  Arupadhatu),  adalah  ranah  tertinggi  sekaligus  tersuci

               tempat  para  dewa  bersemayam,  juga  disebut  swargaloka.  Halaman  dalam  dan  atap  candi
               melambangkan  ranah  swarloka.  Atap  candi-candi  di  kompleks  Prambanan  dihiasi  dengan

               kemuncak  mastaka berupa ratna (Sanskerta:  permata), bentuk ratna Prambanan  merupakan
               modifikasi  bentuk wajra  yang  melambangkan  intan atau halilintar. Dalam  arsitektur Hindu

               Jawa  kuno,  ratna  adalah  sandingan  Hindu  untuk  stupa  Buddha,  yang  berfungsi  sebagai

               kemuncak atau mastaka candi.
                     Pada  saat  pemugaran,  tepat  di  bawah  arca  Siwa  di  bawah  ruang  utama  candi  Siwa

               terdapat sumur yang didasarnya terdapat pripih (kotak batu). Sumur ini sedalam 5,75 meter dan

               peti batu pripih ini ditemukan di atas timbunan arang kayu, tanah, dan tulang belulang hewan
               korban. Di dalam pripih ini terdapat benda-benda suci seperti lembaran emas dengan aksara


                                                                                                         9
   7   8   9   10   11   12   13   14   15