Page 108 - Negara Kolonial 1854-1942. Panduan penelitian arsip kementerian urusan tanah jajahan. Kepulauan nusantara
P. 108

21  Het Departement van Onderwijs, Eredienst (en Nijverheid)

                      (Departemen Pendidikan, Ibadah (dan Industri Kerajinan))


               Berdasarkan Koninklijk Besluit (Keputusan Kerajaan) tanggal 21September 1866 (Staatsblad
               van Nederlandsch-Indië / Lembaran Negara Hindia-Belanda 1866 no. 127) didirikan empat
               departemen pemerintahan umum. Salah satunya adalah Departement van Onderwijs,
               Eredienst en Nijverheid / OEN (Departemen Pendidikan, Ibadah, dan Industri Kerajinan).
               Minister van Koloniën (Menteri Urusan Tanah Jajahan) I.D. Fransen van de Putte (1863-
               1866, 1872-1874) ingin memajukan pendidikan di Hindia secara sistematis. Dia meramalkan
               adanya peningkatan kebutuhan tenaga terlatih, baik dalam dunia usaha maupun dalam
               pemerintahan kolonial. Jika ada lebih banyak sekolahan didirikan di Hindia-Belanda, maka
               tanah jajahan ini akan kurang tergantung pada tenaga kerja terdidik dari Belanda yang mahal.
               Lagipula, perkembangan pendidikan akan memiliki dampak positif pada kesejahteraan.
               Hindia dan Belanda akan dapat menikmati keuntungan dari kesejahteraan itu.

               Pembentukan departemen itu mengakhiri situasi yang tidak jelas yang terjadi dalam bidang
               pendidikan pada dekade-dekade sebelumnya. Campur tangan dalam hal pendidikan di Jawa
               dan Madura pada awalnya menjadi urusan dari para kepala pemerintahan daerah (Staatsblad
               van Nederlandsch-Indië 1859 no. 102), yang tentang hal ini bisa langsung menghubungi
                                 39
               gubernur-jenderal.  Di tingkat pusat seorang Hoofdcommissie van Onderwijs (Kepala
               Komisi Pendidikan) menjalankan tugasnya di bawah pimpinan seorang anggota Raad van
               Indië (Dewan Hindia), sementara pada tahun 1864 diangkat seorang inspektur pendidikan
               pribumi.

               Gagasan bahwa ada hubungan langsung antara perkembangan dalam bidang intelektual /
               ilmiah-budaya dan sosial-ekonomi tersebar luas di abad ke-19. Kaitan hubungan itu
               mendapatkan wujudnya di Departemen Pendidikan yang baru dan menyebabkan timbulnya
               beragam deskripsi tugas.

               Terjadi perkembangan sistem pendidikan yang bilingual dan dualistis. Pendidikan yang
               berbahasa Belanda pada dasarnya diperuntukkan bagi orang Eropa dan kalangan atas
               masyarakat pribumi: pendidikan ini diberikan di Europese Lagere Scholen (Sekolah Dasar
               Eropa), Hollands-Inlandse Scholen (Sekolah Belanda-Pribumi), dan Hollands-Chinese
               Scholen (Sekolah Belanda-Cina). Di samping itu ada pendidikan berbahasa pribumi untuk
               kaum menengah dan sejumlah besar masyarakat lainnya: untuk kategori pertama ada yang
               disebut standaardscholen (sekolah standar) dan untuk kategori kedua ada desascholen
               (sekolah desa). Perkembangan ekonomi yang menguntungkan setelah tahun 1900
               menyebabkan adanya peningkatan permintaan pendidikan berbahasa Belanda dari kalangan
               menengah. Diskrepansi antara penawaran dan permintaan menjadi unsur penting kritik
               Indonesia terhadap hubungan kolonial. Selain pendidikan umum, pendidikan kejuruan dan

               39
                 Lihat Bab 1 dalam buku panduan ini.
                                                                                                      107
   103   104   105   106   107   108   109   110   111   112   113