Page 147 - Negara Kolonial 1854-1942. Panduan penelitian arsip kementerian urusan tanah jajahan. Kepulauan nusantara
P. 147

29  C. Adriaanse (1896-1964)


               Cornelis Adriaanse (1896-1964) memulai karirnya sebagai pegawai pemerintah pada tahun
               1918. Dia adalah seorang pegawai administrasi dan pengawas di daerah Menado, Amboina
               (Ambon) dan Sumatra’s Oostkust (Pantai Timur Sumatera). Pengetahuan bahasa Arabnya
               mempengaruhi pengangkatannya sebagai konsul di Jeddah (1931-1939). Konsulat
               menawarkan perlindungan, bantuan, dan dukungan kepada ribuan Muslim Indonesia, yang
               pergi berziarah ke Mekah setiap tahunnya (hadj ‘naik haji’). Kegiatan politik dan agama dari
               para peziarah diawasi secara ketat terhadap adanya kemungkinan yang dapat menimbulkan
               dampak negatif terhadap masyarakat Indonesia. Adriaanse sangat tahu banyak tentang dunia
               Arab.

               Arsipnya berisi surat-surat dari gurunya Christiaan Snouck Hurgronje, seorang pakar Islam
               besar dan penasihat pemerintah selama bertahun-tahun. Di beberapa epistelnya (31 Desember
               1926, 4 Januari 1928), Snouck menulis tentang pemberontakan tahun 1926-1927, yang
               dicirikannya sebagai ‘chronische openbaringen van verzet’ (letusan pemberontakan yang
               kronis) terhadap para penguasa tanah jajahan. Ia menyimpulkan bahwa orang-orang Belanda
               menurutnya tidaklah akan berhasil untuk ‘– trots de goede bedoelingen van enkelen –  door te
               dringen in en rekening te houden met de roerselen van het leven der technisch vooralsnog
               onmachtigen …Eene historische tragedie, die op ‘t oogenblik in meer dan een werelddeel
               gespeeld wordt’ (– meski ada maksud baik dari beberapa orang – bisa mendalami dan
               memperhitungkan kesulitan hidup dari orang-orang yang sementara ini secara teknis masih
               belum mampu ... Suatu tragedi sejarah yang pada saat ini terjadi bukan hanya di satu bagian
               dunia saja)’.

               Setelah pensiun, Adriaanse bersama dengan teman sekelasnya E. Gobée yang seperti Snouck
               juga seorang penasihat untuk Inlandse Zaken (Urusan Pribumi), menerbitkan advis-advis
               pemerintahan guru mereka itu.

               Salinan surat dari direktur Binnenlands Bestuur / BB (Pemerintahan Dalam Negeri) P.C.A.
               van Lith kepada Gubernur-Jenderal B.C. de Jonge (19 Januari 1936) memberikan wawasan
               tentang kebijakan pemerintah mengenai pemerintahan wilayah otonom, terutama di
               Buitengewesten (Wilayah Luar Jawa dan Madura). Pada waktu itu dibuat kontrak yang
               dikenal sebagai Lang Contract (Kontrak Panjang) dengan sejumlah penguasa wilayah otonom,
               yang menjamin keotonomian mereka. Pada waktu Perang Aceh, di tahun 1898 Korte
               Verklaring (Perjanjian Pendek) dirancang. Dengan Korte Verklaring itu dinyatakan bahwa
               para penguasa wilayah otonom menjadi berada di bawah kekuasaan Belanda. Sampai tahun
               1915 pemerintah secara sistematis menggunakan Korte Verklaring tersebut. Kerusuhan dan
               pergantian jabatan kepemerintahan di wilayah otonom di mana Lange Verklaring (Perjanjian
               Panjang) berlaku, digunakan sebagai dalih untuk menerapkan Korte Verklaring. Van Lith
               mensinyalir ketidakpuasan yang makin meningkat terhadap cara penanganan itu dan



               146
   142   143   144   145   146   147   148   149   150   151   152