Page 40 - Negara Kolonial 1854-1942. Panduan penelitian arsip kementerian urusan tanah jajahan. Kepulauan nusantara
P. 40

Perkembangan ekonomi yang terjadi bersamaan dengan adanya pertumbuhan penduduk
               mengakibatkan permintaan kayu dan penebangan pohon di hutan meningkat pada perempat
               akhir abad ke-19. Permintaan lahan pertanian juga meningkat. Demi kepentingan dunia usaha,
               lahan-lahan disewakan dalam bentuk erfpah secara besar-besaran. Jalan kereta api dan tram,
               dan sistem irigasi dibangun. Bangunan untuk publik menjadi lebih banyak.

               Pada tahun 1897 (Staatsblad van Nederlandsch-Indië 1897 no. 61) diberlakukan Peraturan
               Hutan yang baru untuk Jawa dan Madura. Dengan peraturan itu pemerintah berusaha
               memperkuat pengawasan terhadap hutan negara, terutama hutan jati. Selain eksploitasi yang
               dilakukan oleh pihak swasta, juga ada kemungkinan eksploitasi oleh negara. Polisi hutan,
               yang beroperasi sejak awal tahun 80-an di bawah pengawasan pejabat pemerintah,
               dipindahkan  kembali di bawah Dienst van het Boswezen (Dinas Kehutanan). Mulai saat itu
               secara sistematis penebangan, penanaman, dan pemeliharaan hutan harus dilaksanakan
               melalui rencana bisnis yang sistematis.

               Pada tahun 1904 (Staatsblad van Nederlandsch-Indië no. 380) Dinas Kehutanan pindah dari
               Departemen BB ke departemen bidang yang baru, Departement van Landbouw (Departemen
               Pertanian). Pada tahun 1913 spesialisasi yang semakin meningkat menyebabkan adanya
               pembentukan bosproefstation (balai penelitian hutan). Penghapusan budidaya tanaman
               pemerintah yang terakhir (kopi, tahun 1920) mengakibatkan sebagian dari lahan perkebunan
               yang tidak digunakan lagi ditarik kembali ke arah hutan. Juga sebagian dari 'lahan liar'
               dijadikan 'lahan peruntukan hutan’. Perubahan dari pertanian ladang ke pertanian intensif
               memiliki dampak menguntungkan bagi penebangan hutan. Setelah tahun 1910 Dinas itu
               memperluas kegiatannya ke Buitengewesten (Wilayah Luar Jawa dan Madura), terutama ke
               Sumatra. Pengelolaan dan perlindungan hutan di daerah tersebut meminta lebih banyak
               perhatian ketika pemerintah mulai berusaha untuk memerangi kepadatan penduduk di Jawa
               dengan cara mendorong orang-orang Jawa untuk tinggal di Wilayah Luar Jawa dan Madura.
               Ketika pada tahun 1927 terjadi reorganisasi pada dinas tersebut (Staatsblad van
               Nederlandsch-Indië 1927 no. 221), seorang penasihat ditunjuk secara khusus untuk
               menangani pengelolaan hutan di Wilayah Luar Jawa dan Madura. Penasihat itu bersama
               dengan kepala perusahaan jati, para kepala dinas dari masing-masing hutan kayu liar yang
               dibawahinya di Jawa dan Madura, bagian penataan hutan, dan balai penelitian hutan,
               kesemuanya berada di bawah Hoofdinspecteur van het Boswezen (Inspektur Kepala
               Kehutanan). Pejabat itu berada langsung di bawah Directeur van Landbouw, Nijverheid en
               Handel (Direktur Pertanian, Industri Kerajinan, dan Perdagangan).

               Arsip dan sumber tercetak


               1.  Arsip Ministerie van Koloniën (Kementerian Urusan Tanah Jajahan) mulai tahun
                   1850

               Informasi umum tentang tatanan, akses, dan seri khusus di dalam F.J.M. Otten (2004), Gids
               voor de archieven van de ministeries en de Hoge Colleges van Staat 1813-1940 (ING
               onderzoeksgids; Den Haag: Instituut voor Nederlandse Geschiedenis), Bab 16.

                                                                                                        39
   35   36   37   38   39   40   41   42   43   44   45