Page 65 - Negara Kolonial 1854-1942. Panduan penelitian arsip kementerian urusan tanah jajahan. Kepulauan nusantara
P. 65

9      H.A.F. de Vogel (1825-1899)


               Pada awalnya Henri Adrien Frederic de Vogel (1825-1899) bekerja di dinas pemerintahan
               sebagai controleur van landelijke inkomsten en cultures (pengawas pendapatan negeri dan
               budidaya tanaman) di Karesidenan Semarang dan Rembang (1853-1859). Arsipnya berisi
               antara lain jurnal-jurnal dari masa itu. Ia beralih ke dunia usaha karena ia menyimpulkan
               bahwa penerapan pembudidayaan yang bebas dan penentuan upah yang juga bebas pastilah
               akan menaikkan harga-harga tetapi bukan gaji pegawai negeri. Berturut-turut ia menjadi
               pemilik perusahaan tembakau dan administrator perusahaan gula. Kedua perusahaan itu
               terletak di Karesidenan Rembang.

               Rembang di masa itu memegang peranan penting di dalam diskusi sosial-politik tentang
               keuntungan dan kerugian kerja bebas dan kerja paksa. Pembudidayaan tembakau swasta di
               Jawa yang sejak tahun 1855 mengalami masa jaya, membuahkan hasil yang sangat bagus.
               Padahal pembudidayaan tembakau pemerintah yang diterapkan sebelumnya tidak
               berkembang. Lagipula daerah itu sangat menarik banyak perhatian karena berdasarkan tugas
               pemerintah ada dua penyelidikan (tahun 1859 dan 1862) dilakukan terhadap praktek
               penyelewengan dari para pegawai pemerintahan Eropa dalam memberikan lisensi kepada para
               pengusaha swasta. Hal itu menyebabkan adanya sejumlah brosur, beberapa di antaranya dari
               De Vogel.

               Di dalam salah satu brosur itu, Hinderpalen die vrijen arbeid en vrije kultuur op Java in de
               weg staan ‘Rintangan yang menghalangi pembudidayaan bebas dan kerja bebas di Jawa’
               (1862, manuskrip di dalam arsipnya), ia menyatakan antara lain perlunya herendiensten (kerja
               pengabdian). Kepemilikan tanah komunal mengakibatkan orang Jawa hanya dapat memakai
               tanah itu: ia bukan pemilik tanah, tidak merasa bertanggung jawab atas tanah itu, dan dalam
               keadaan tersebut ia hanya dapat menghasilkan sesuatu di bawah paksaan. Penerapan
               kepemilikan tanah swasta dan pendidikan akan memperbaiki keadaan itu. Pembudidayaan
               bebas dan kerja bebas merupakan hasil dari masyarakat yang lebih baik dan beradab.
               Pemerintah perlu menjalankan proses perubahan ini secara keras, adil, dan tegas.

               Beberapa tahun kemudian dalam notanya tentang De vrees voor gebrek aan voedingsmiddelen
               welke thans heerscht op Java ‘Kekhawatiran akan kekurangan sarana pangan yang sedang
               melanda Jawa’ (1873, konsep dalam arsipnya), ia melontarkan kritiknya atas birokrasi
               kepemerintahan. ‘De pen regeert’ (Pena berkuasa), demikianlah ia tulis. Kurangnya kontrol
               atas pekerjaan orang Jawa dan sikap fatalistis yang dimilikinya, menurut pendapatnya,
               menjadi sebab keterbelakangan keadaan yang dialami oleh budidaya tanaman pribumi,
               terutama budidaya padi.





               64
   60   61   62   63   64   65   66   67   68   69   70