Page 197 - Tan Malaka - MADILOG
P. 197

K E B U L A N

                Dengan semua perkara ini diotak kita, marilah kita dngan kecepatan kilat
             terbang dari bumi ke bumi buat memeriksa keadaan di bumi lain pada keluarga
                               matahari kita, terbang dari bumi ke bulan.

                        Kalau tidak karena bulan dimana kan bintang terbit pagi.
                       Kalau tidak karena tuan dimana kan “hamba datang disini”.
                  (Pantun yang mashur di Indonesia dan Semenanjung Tanah Malaka).
                        “Beringin songsang dibulan! Tempatnya putri bertenun”.
                           (Pemandangan pemuda Minangkabau dihutan itu).
                                  Bergelanggang mata orang banyak.
                                   Bersuluhkan bulan dan matahari.
                 Jadinya umum, berterang-terang, disaksikan oleh ramai, merebut publik
              opinion, inilah salah satu sendinya Minangkabau masa demokratis, masa kuat
                                          kedalam dan keluar.
                                     “Selama bulan dan matahari”.
                                Sumpah di Semenanjung Tanah Malaka.
              “Damarwulan” Mendang Kemulan, Dewi Nawangwulan, nama berseri gilang-
                 gemilang, tetapi sejuk segar. Semangat Jawa masa dulu, akhirnya buat
                                           diringkaskan saja.

             “Pelajaran ke-Bulan”.

             Karangan Jules Verne, bukan Joyoboyo, pengimpi ulung, melainkan Ahli
             Kisah  berdasarkan:  Ilmu  Buti  pada  masanya,  atau  Ilmu  Bukti  yang
             didasarkan atas pengetahuan nyata pada masanya.
             Demikianlah peramai dan pentingnya bulan, bagi Rakyat Indonesia dan
             Eropa dan tentu juga bagi penduduk lain dibagian lainnya bumi kita ini,
             terutama buat penyair putra dan putri muda remaja.

             Memang  bulan,  paling  dekat  pada  kita,  sinarnya  menyegarkan  badan.
             Kalau  Sang  Bulan  ketika  Purnama  Raja  mengintip  dari  celah  daunnya
             pohon yang rimbun, atau dari puncak gunung memancarkan cahanyanya
             keatas  sungai,  danau  dan  laut,  terlebih-lebih  pada  alam  Indonesia  ini,
             timbullah  pikiran  melayang  membayangkan  keterima  kasihan  kesukaan
             dan  kekaguman.  Ada  pula  ahli  yang  menyangka  bahwa  bulan  mesti
             mempunyai Yang Hidup, dari tumbuhan sampai manusia.
             Pemeriksaan sekarang boleh dibilang cukup, memberi kecewa sekali pada
             penyair, pemuda dan ahli

             Jauhnya  bulan  cuma  250.000  mil  dari  bumi  kita.  Satu  kapal  terbang
             melayang nonstop, tak berhenti, dengan kecepatan 400 mil satu jam, bisa




             196
   192   193   194   195   196   197   198   199   200   201   202