Page 380 - Tan Malaka - MADILOG
P. 380

Lama komisi Taman manusia tadi, memutar-balikkan perkara dasar yang
               mesti dijadikan pedoman buat mengatur kedudukan penduduk Indonesia
               Almarhum yang besar berjasa.

               Persetujuan  tak  mudah  didapat.  Karena,  walaupun  sebagian  besar  dari
               anggotanya berdasarkan Sosialisme dan Internasionalisme, tetapi diantara
               anggotanya  banyak  juga  yang  berjasa  besar  terhadap  Indonesia  Muda,
               sedangkan  mereka  berdasarkan  kebangsaan  semata-mata.  Pihak  ini
               mendesak, sedikitnya buat satu keturunan di depan, supaya kebangsaan
               itu, dalam arti menurut ilmu kebangsan, diberi perhatian, terhadap keluar
               Negara  perlu  dipropagandakan  dengan  “bukti  dan  perbuatan,  bahwa
               bangsa  Indonesia,  warna  coklat  penduduk  hawa  panas  itu,  bukanlah
               masuk  bangsa  yang  malas,  penakut  dan  bodoh,  seperti  selalu
               dikemukakan  pada  beberapa  abad  dibelakang  ini.  terhadap  kedalam
               Negara,  perlu  dengan  seni  dan  propaganda  dihilangkan  Inferiority
               Complex”-nya,  yang  merasa  dirinya  rendah,  yang  dimungkinkan  oleh
               Hinduisme dan didalamkan oleh Imperialisme Barat.
               Berhubung dengan aliran Internasionalisme sehat dan Nasionalisme sehat
               dalam pemerintahan dan komisi tadi, yang keduanya berurat pada Rakyat
               Jelata,  maka  pada  tiap-tiap  pembicaraan  tentang  seseorang  Almarhum
               berjasa  timbullah  bermacam-macam  persoalan.  Diantaranya  ialah
               Almarhum  ini  akan  dimasukkan  ke  taman  manusia  bagian  nasinal
               ataukah  internasional;  penjajah  mentahkah  dia  atau  bermaksud  murni
               terhadap masyarakat dan bangsa asli Indonesia; melawan musuh dengan
               pikiran dan semangatkah atau dengan perbuatan; apakah Birma Siam dan
               Annam  sekarang  juga  akan  dimasukkan  kegolongan  bangsa  Indonesia
               atau  Filipina  dan  Malaka  saja;  yang  terpenting  ialah  orang  Besar  ini
               berdasarkan kerakyatankah atau kerajaan.

               Berhubung dengan beberapa dasar pilihan yang diatas ini, maka Hayam
               Wuruk dan Gajah Mada, walaupun kedua patungnya besar sekali, tetapi
               mukanya  tiadalah  terang,  karena  ditutupi  oleh  semacam  cahaya  yang
               mengaburkan  seluruh  badannya,  apalagi  kalau  siang  hari.  Lama  sekali
               komisi  Taman  Manusia  mempelajari  dan  berembuk  tentang  asal-usul,
               asas  dan  perbuatannya  kedua  Almarhum  besar  ini.  kebesaran  mereka
               tentu  bulat  dan  cepat  mendapat  persetujuan.  Dipandang  dari  penjuru
               semangat,  kecerdasan  dan  kecakapan  dalam  politik  mereka  dianggap
               luruh  sekali.  Tetapi  kebangsaan  mereka,  Hindu  tulenkah  atau  setengah
               Hindu. Setengah Hindu itu mesti dianggap kasta calon surga, sedangkan
               bangsa Indonesia Asli, seperti di Bali pada abad ke-20 ini mesti diangagp
               sebagai  Sudra,  kasta  nasjis?  Apakah  perlunya  kasta  Brahma  atau  kasta



                                                                                         379
   375   376   377   378   379   380   381   382   383   384   385