Page 382 - Tan Malaka - MADILOG
P. 382

bahwa paling baiknya Indonesia akan mendapat persatuan teguh kembali
               dan satu Raja yang Adil. Tetapi semua Sejarah di Asia ataupun Indonesia
               menyaksikan bahwa seorang raja adil itu mungkin dan sekali sendiri atau
               mempertahankan  Raja  Dalim.  Tetapi  persoalan  semacam  itu  tinggal
               akademis,  sesuatu,  “kalau”  saja.  Komisi  akhinrya  memutuskan,  supaya
               para  pahlawan  penantang  imperialisme  tadi  mendapat  patung  yang
               sedang besarnya. Sejarah pertarungan mereka ditulis dengan huruf emas,
               Hang  Tuah,  penantang  Portugis  dengan  taktik  gerilyanya  dilaut,
               mendapatkan  perhatian  lebih  dari  yang  sudah-sudah.  Karena  semuanya
               anggota komisi setuju bahasa hari depannya Indonesia terletak dilaut!
               Hampir kepuncak kita berjumpakan beberapa patung yang menarik hati,
               seperti  patung  Dr.  Cipto  Mangunkusumo,  Muhammad  Husni  Thamrin
               dll. Sudahlah tentu Thamrin mendapat sokongan besar, dari bekas borjuis
               besar. Mereka mengemukakan “inteleknya” Thamrin dengan melupakan
               dasar  ekonomi  dan  politik  yakni  kapitalisme  Bumiputera  dan
               berkompromis  dengan  kapitalisme  Asing.  pembantu  Cipto  memajukan
               politik, kesangsian Dr. Cipto diantara hinduisme dan modernisme yang
               akhirnya  mengadakan  akibat  yang  tiada  dikendalikannya  sendiri,  tetap
               sebelum  matinya.  Kebanyakan  borjuis  kecil  membantu  Cipto.  Kaum
               Internasional besar mengalah, mengingat tingkat sejarah Indonesia pada
               masa itu. Dengan begitu nasinalist bisa mendirikan tanda peringatan buat
               pemimpin nasionalist yang berjasa.

               Dipuncak  bukit  kita  lihat  dua  patung:  Dr.  Jose  Rizal  (baca  Hose)  dan
               Andreas  Bonifacio.  Mereka  ditaruh  dilapangan  dipuncak  bukit.  Belum
               ada penduduk Indonesia-Sempit sampai kesana. Memang sampai waktu
               Jepang  masuk,  Indonesia-Sempit,  tak  mempunyai  nasionalist  yang
               bersejarah seperti Huaroz atau Rizal, Dr. Sun Yat Sen atau Tilak. Belum
               ada  penduduk  Indonesia  Sempit  yang  sampai  kesana.  Tidak  saja  Rizal
               dianggap pelopor dan Satria kemerdekaan Filipina, tetapi juga satu dokter
               yang masyhur di Asia Timur, ahli bahasa, yang mengenal lebih baik dari
               13 bahasa tua dan baru, seniman yang mendapat pengakuan Interansional,
               biologist yang mendapat tumbuh-tumbuhan dan hewan baru, pengarang
               buku  yang  membawa  dirinya  kebawah  hujan  peluru  sebagai  hukuman
               dari pemerintah Spanyol.

               Bonifacio sampai sebagian besar maksudnya, seperti belum tercapai oleh
               orang Indonesia lain. Dia bapaknya Katipunan, partai Revolusioner, yang
               bermula  menaikkan  bendera  kemerdekaan  menentang  tentara  Spanyol
               yang  lengkap  senjatanya  itu  dengan  bola  ditangan  dan  berhasil  ¾





                                                                                         381
   377   378   379   380   381   382   383   384   385   386   387