Page 27 - Modul Literasi Buku Fiksi dan Nonfiksi
P. 27
Buku Fiksi dan Nonfiksi --- Menjelajah Dunia dengan Membaca 22
'Aku percaya,' kata si suami, singkat, yakin. 'Menikahi kamu berarti
percaya dengan ucapanmu. Apa enaknya pernikahan kalau ada
keraguan?'
Si istri tersenyum, tipis. 'Kamu kenapa sih selalu bisa bikin aku
senyum?'
Satu detik berlalu.
Mereka diam dalam nyaman.
'Kamu ingat terakhir gendong aku?' tanya si istri.
'Ingat lah, di hari aku ngelamar kamu. Fotonya masih aku simpen tuh,
di laci paling bawah, di deket charger handphone-ku yang rusak.' Si
suami menunjuk ke arah laci.
Si istri menarik napas panjang. Dia memandang ke arah suaminya,
'Waktu itu kamu gendong aku di halaman Cafe De Daunan, di Kebun
Raya Bogor. Sampai malu dilihatin orang. Kamu gendong aku,
setengah berlari, kamu terlalu bahagia karena aku bilang 'aku mau'
setelah kamu bilang 'Mau gak jadi istriku?.'
'Yang paling malu sih bukan gendongnya, tapi sepuluh menit sebelum
aku lamar kamu, waktu aku kasih lihat isi saldo bank-ku saat itu. Waktu
aku bilang aku cuma punya segini.'
'Iya,' kata si istri. 'Dan aku kan bilang, berapa pun cukup asal sama
kamu.'
'Aku masih simpan lho test pack yang dulu,' lanjut si istri.
'Video aku pas aku nangis masih kamu simpan gak?'
'Masih banget. aku post di second account aku, yang gak ada yang
tahu, yang biasa aku pakai buat order sambal teri goreng kesukaan
kamu. Yang penjualnya nyebelin itu lho.'