Page 44 - Buku Referensi Bencana Tanah Longsor Penyebab dan Potensi Longsor
P. 44
31
B. Kerangka Berpikir
Kerentanan terhadap tanah longsor tentunya perlu diketahui
untuk mengurangi adanya kerugian-kerugian yang ditimbulkan
oleh bencana tanah longsor tersebut. Kerentanan tanah longsor
dapat diprediksi dengan berbagai metode salah satunya adalah
Analytical Hierarchy Process (AHP). Dalam aplikasinya untuk
analisis kerentanan tanah longsor, metode AHP digunakan sebagai
alat untuk menentukan bobot pada masing-masing indikator
penentu kerentanan tanah longsor. Hal ini dikarenakan masing-
masing indikator memiliki tingkat kepentingan atau kontribusi
yang berbeda-beda dalam penilaian kerentanan longsor. Penentuan
bobot tersebut dinilai lebih efektif karena nilai bobot diperoleh
berdasarkan perhitungan matematis. Bobot yang diperoleh
kemudian dihitung untuk mendapatkan indeks kerentanan tanah
longsor. Hasil dari perhitungan tersebut masih berupa angka-
angka, oleh karena itu untuk memperoleh hasil maksimal maka
perlu bantuan SIG untuk menyajikan data tersebut secara spasial.
Dengan menggunakan bantuan SIG, maka distribusi keruangan
daerah rawan longsor dapat disajikan, sehingga penanganan dan
antisipasi terhadap bencana tanah longsor dapat dilakukan secara
tepat sasaran.
Untuk mengetahui tingkat kerentanan bencana tanah longsor,
dibutuhkan parameter yang menjadi dasar penelitian. Parameter
tersebut di antaranya adalah: curah hujan, kemiringan lereng, jenis
tanah dan penggunaan lahan, tutupan lahan dan faktor geologi.
Perhitungan parameter akan di-overlay agar diketahui tingkat
kerentanan tanah longsor pada setiap wilayah. Setelah dilakukan
penyesuaian dengan teknik overlay maka akan menghasilkan peta
tingkat kerentanan tanah longsor di Kota Sukabumi, Jawa Barat.
Secara skematis kerangka penelitian ini disajikan dalam
Gambar 2.1.