Page 40 - Buku Referensi Bencana Tanah Longsor Penyebab dan Potensi Longsor
P. 40
27
dibandingkan dengan elemen lain. Untuk mengawali proses
perbandingan berpasangan dipilih sebuah kriteria dari level paling
atas hierarki misalnya A dan kemudian dari level di bawahnya
diambil elemen yang akan dibandingkan misalnya A1, A2, A3, dan
seterusnya.
4. Melakukan perbandingan berpasangan sehingga diperoleh
ketetapan seluruhnya sebanyak n x [(n–1)/2] buah, dengan
banyaknya unsur yang dibandingkan.
Hasil dari perbandingan masing-masing elemen akan berupa
angka dari 1 sampai 9 yang menunjukkan perbandingan tingkat
kepentingan suatu elemen. Apabila suatu elemen dalam matriks
dibandingkan dengan dirinya sendiri maka hasil perbandingan
diberi nilai 1. Skala 9 telah terbukti dapat diterima dan dapat
membedakan intensitas antar elemen. Hasil perbandingan tersebut
disisikan pada sel yang kolom yang bersesuaian dengan elemen
yang akan dibandingkan.
5. Menghitung bobot prioritas dengan menguji
konsistensinya.
Untuk memperoleh bobot prioritas maka dilakukan
perhitungan Eigenvector masing-masing matriks yang telah dibuat.
Bobot prioritas tersebut menggambarkan bobot dari masing-masing
solusi yang telah ditentukan sebelumnya. Solusi dengan bobot
prioritas terbesar merupakan solusi terbaik di antara solusi-solusi
lain yang telah dirumuskan. Meskipun demikian, tidak selamanya
perhitungan bobot prioritas tersebut konsisten, sehingga perlu
dilakukan evaluasi konsistensi, solusi tersebut dianggap konsisten
apabila hasil perhitungan rasio konsistensi (CR) adalah < 0,1.
3.6. AHP dalam Kajian Kerentanan Tanah Longsor
AHP merupakan salah satu metode pembobotan dalam kajian
kerentanan tanah longsor. Dalam penelitian ini, metode AHP