Page 23 - Pendidikan Ketamansiswaan Jilid 3
P. 23
Ki Hadjar Dewantaara mendirikan Perguruan Tamansiswa dengan maksud mengganti
pendidikan kolonial dengan pendidikan nasional. Karenanya beberapa istilah yang berbau
kolonial diganti dengan istilah nasional. Istilah-istilah itu antara lain:
a. Istilah institute diganti dengan istilah perguruan, yang artinya tempat berguru, atau
tempat belajar berpikir positif, berperasaan luhur, indah dan maju, berkemauan
mulia yang sesuai dengan perintah Tuhan Yang Maha Esa, dan berkarya yang
menyejahterakan diri sendiri, bangsa, dan umat manusia.
b. Istilah sekolah diganti dengan Bagian Perguruan, dipimpin oleh Ketua Bagian
Perguruan, dan bukan Kepala Sekolah.
c. Nama-nama sekolah:
1. TK disebut Taman Indria, artinya tempat yang indah untuk berlatih panca-indera.
2. SD (dulu Sekolah Rakyat) disebut Taman Muda, artinya tempat yang indah untuk
membangun anak-anak yang cirinya senang bermain menjadi pemuda yang
berjiwa: nasionalis, patriotis, herois, dan pejuang.
3. SMP (dahulu MULO) disebut Taman Dewasa, artinya tempat yang indah untuk
membangun pemuda menjadi dewasa yang mempu memahami, menghayati,
dan mengamalkan hal-hal yang baik, benar dan adil.
4. SMA (dulu AMS) Taman Madya, artinya tempat yang indah di tengah-tengah
antara mau melanjutkan ke Perguruan Tinggi atau terjun di masyarakat.
5. SMK disebut Taman Karya, artinya tempat yang indah untuk belajar berkarya
6. Taman Prasarjana = Akademi
7. Sarjanawiyata = Perguruan Tinggi
d. Istilah/sebutan lainnya:
1. Murid (dulu Studen) disebut siswa
2. Guru disebut Pamong karena tugasnya momong (mengasuh) dengan Ing ngarsa
sung tuladha, Ing madya mangun karsa, dan Tutwuri Handayani, bukan
“memerintah-maksa-menghukum” seperti penguasa.
3. Gaji diganti dengan nafkah artinya biaya hidup, dan bukan upah.
4. Panggilan terhadap guru dulu Mynheer, Mevrouw, Encik, Tuan, Ndoro, diganti
dengan Bapak dan Ibu supaya lebih demokratis.
22