Page 114 - Buku Kemdikbud Ki Hadjar Dewantara
P. 114

waarop... een dief zit!. ( Kuda, di atas mana... seorang pencuri

            duduk).   Hal  ini  menyebabkan  munculnya  reaksi  dari  orang-
            orang Belanda, yang membuat persatuan orang Hindia semakin
            kokoh. Oleh sebab itu, organisasi Indische Vereeniging diganti
            namanya menjadi Indonesische Vereeniging, dan majalah Hindia

            Poetra diganti menjadi Indonesia Merdeka.
                    Di sela-sela  waktu senggangnya, SS mulai  membaca
            karya beberapa tokoh pendidikan seperti Montessori dari Italia,
            dan karyo tokoh pendidikan India Rabindranath  Tagore.  Ia

            sangat berkesan dengan kedua tokoh pendidikan itu. Montessori
            mementingkan hidup jasmani anak-anak dan mengarahkannya
            agar  mereka  memiliki  kecerdasan budi. Menurut Montessori
            dasar utama  pendidikan  adalah  adanya  kebebasan dan

            spontanitas untuk memperoleh kemerdekaan hidup dalam arti
            seluas-luasnya. Sementara itu tokoh pendidikan  Rabindranath
            Tagore, pendidikan merupakan suatu syarat untuk memperkokoh
            kemanusiaan dalam arti seluas-luasnya, termasuk dalam bidang

            keagamaan.   Bagi SS sendiri, mereka itu adalah pembongkar
                         39
            dunia pendidikan lama  serta pembangunan pendidikan yang
            baru, yang mendasarkan  diri  pada  Kebudayaan  Nasional.
            Prinsipnya adalah Kembali Kepada yang Bersifat Nasional.


            39.  Lihat Irna H.N. Hadi Soewito, Soewardi Soerjaningrat dalam
               Pengasingan.  Jakarta: Balai Pustaka, 1985, hlm. 99.







            114     Rawe-Rawe Rantas Malang-Malang Putung
   109   110   111   112   113   114   115   116   117   118   119