Page 185 - GRC-BOOK-NEW2
P. 185
inti sari manajemen Risiko
Oleh karena itu, manajemen risiko telah menjelma menjadi sebuah keniscayaan.
Wajib ada mitigasi risiko yang harus dikelola secara cerdas. Artinya, risiko harus
diperlakukan dengan baik, tidak sembrono. Sehingga, tidak terjadi risk event yang
merugikan. Langkah awalnya adalah menentukan seberapa besar risk appetite dan
risk tolerance yang dapat diterima suatu perusahaan. Selanjutnya, harus ditentukan
risk target dan risk limit-nya sedemikian rupa sehingga upaya mendapatkan buah
yang lebih banyak itu dapat sukses. Pada sisi lain, pada saat yang bersamaan, risiko
tetap mampu dikendalikan (manageable) pada batas limit yang dapat diterima.
Inilah esensi manajemen risiko. Menguntungkan sekaligus terkendali; bukan
bertindak “membabi-buta”!; analisis cost and benefit tidak boleh lupa.
Jika dikaitkan dengan ilustrasi gambar 3.1, risk appetite dapat digambarkan sebagai
suatu kondisi ketika telah diputuskan bahwa akan mendapatkan buah (yang
banyak) yang menjorok ke jurang. Otomatis potensi risikonya jauh lebih tinggi bila
dibandingkan hanya sekadar mendapatkan satu buah yang aman (tidak menjorok
ke jurang). Untuk itu, harus ditetapkan “risk appetite” dan “risk tolerance”-nya.
Misalnya, pada saat mengambil kumpulan buah yang banyak pada “POHON” risiko,
tentunya akan terjadi risiko terjatuh maka risk appetite-nya mengakibatkan “luka
lecet”, tidak “patah kaki”, terlebih lagi “mati”. Lalu, risk tolerance nya bisa sampai
ada anggota tubuh yang “bengkak”. Tidak lebih dan tidak kurang!. Dengan demikian,
harus dilakukan proses manajemen risiko. Sebut saja, misalnya: melakukan mitigasi
dengan memakai pengaman pada saat memanjat pohon di ranting yang menjorok
ke jurang sehingga bila terjadi risiko jatuh maka terdapat pengaman yang hanya
akan menyebabkan luka lecet atau paling banter bengkak, tidak sampai patah kaki
atau “mati”.
Konsep Dasar
Bicara manajemen risiko, tentu dimulai dengan mengerti apa itu “binatang” yang
bernama risiko. Harus “menancap” benar di benak para pebisnis -khususnya
lagi- bagi pengelola risiko bahwa risiko itu merupakan POTENSI kerugian akibat
terjadinya suatu peristiwa (event) tertentu. Jika sudah terjadi, namanya risk event.
Jadi, risiko itu bukan aktual loss atau real loss atau yang sudah dibuku. Bila terjadi
risk event maka kerugian dimaksud berdampak negatif terhadap: (1) Pendapatan;
(2) Permodalan; dan (3) Sasaran yang akan dicapai (pencapaian tujuan).
Sekadar ilustrasi, katakan seseorang hendak pergi menuju suatu tempat. Sebut saja
Blok M (di Jakarta). Tentu, orang tersebut harus berhadapan dengan risiko macet,
bahkan aksi kriminal seperti: begal, kapak merah dan lain sebagainya. Jika terjadi,
misalnya macet total sehingga tidak dapat menuju tempat (Blok M) sesuai rencana
maka saat itu telah terjadi risk event. Inilah gambaran pentingnya manajemen risiko
sedemikian rupa sehingga potensi risiko dapat dimitigasi dengan baik.
The Fundamentals of GRC 159