Page 188 - GRC-BOOK-NEW2
P. 188

inti sari manajemen Risiko






          box 3.1

          Pembobolan bank

          Kasus pembobolan dana (nasabah) bank yang terjadi di salah satu bank asing saat
          ini, mengingatkan kita pada kasus Baring Brothers (Barings) pada 1995. Barings
          merupakan bank tua di Inggris (berdiri sejak 1762), akhirnya harus bangkrut setelah
          merugi 827 juta poundsterling dalam transaksi trading di pasar uang. Penyebab
          kerugiannya pun sangat konyol: akibat Barings terlalu percaya pada trader mudanya,
          Nicholas Leeson (28 tahun), yang bekerja di Singapore Futures Exchange. Nick
          Leeson telah dianggap sebagai trader brilian karena dalam setiap transaksi trading-
          nya, terbukukan menghasilkan untung besar. Barings akhirnya menempatkan Nick
          Leeson, yang seorang trader ini juga berperan sebagai manajer pelaksana dan
          pencatat settlement, peran yang seharusnya dipegang oleh orang yang berbeda
          dalam rangka internal control enforcement.

          Ternyata, Nick Leeson telah melakukan sejumlah manipula data dan informasi.
          Leeson berhasil menyembunyikan kerugian yang berasal dari posisi trading-nya
          yang terus meningkat hingga dua tahun sampai akhirnya muncul ke permukaan.
          Walapun kejadian ini dipersepsikan sebagai tindakan ‘rouge trader’, salah satu
          penyebab keadaan tersebut adalah kegagalan proses dan prosedur pengendalian
          intern. Dan kegagalan penerapan pengendalian internal ini adalah karena over trust
          manajemen Barings kepada karyawannya.

          Sebelum kasus Nick Leeson, kasus serupa sejatinya telah terjadi di Indonesia. Kasus Bank
          Duta (1990) yang mengalami kerugian US$420 juta, adalah akibat ketergantungan
          yang berlebihan pada karyawan/pejabat  kunci. Modusnya, transaksi valas yang
          dilakukan oleh salah satu direkturnya tidak melalui proses otorisasi semestinya. yang
          bersangkutan melaksanakan transaksi untuk kepentingan Bank sejalan dengan transaksi
          untuk kepentingan sendiri secara bersamaan. Sayangnya, perlakuan (treatment) atas
          konsekuensi yang timbul dari transaksi yang dilakukannya berbeda. Apabila transaksi
          menguntungkan, dilakukan pencatatan terhadap rekening pribadi, sebaliknya jika
          merugikan akan dicatat sebagai transaksi yang dilakukan Bank.

          Kesimpulan adalah rentetan pembobolan dana (nasabah) bank di atas sejatinya
          bermula dari ketidaktaatan bank dalam menerapkan sistem pengendalian intern-nya
          secara konsisten, akibat sikap “over trust” manajemen bank kepada karyawan kunci.
          Dan sayangnya, karyawan kunci yang bersangkutan menggunakan kepercayaan
          yang diberikan kepadanya tersebut untuk tujuan moral hazard, memperkaya diri
          sendiri

          Sumber: Sunarsip, 2011




    162       The Fundamentals of GRC
   183   184   185   186   187   188   189   190   191   192   193