Page 33 - 11
P. 33

the story  33

        sana, ada Bapak, oke?"                 nang kono ya! Kapan libur?”
               Pada kenyataannya, tak  peduli  “Masih lama. Tiga bulan lagi,”
        apakah mama dan papaku sudah kemari  “Nanti  Bapak  yang  jemput  kamu  pas
        pekan lalu, ia akan tetap datang; rezekiku.  preinan."
        “Yo ben to ,wong Bapak juga pengen ke-        Selalu  begitu.  Bapak menutupi
        temu awakmu, sudah berapa minggu gak  dirinya yang mulai  lemah.  Bapak hanya
        ketemu,” belanya. Bukan alasan apa-apa.  tidak  mau  membebani  siapapun.  Aku
        Kami  khawatir.  Bapak  sudah  tua,  takut  kagum. Bapak tidak pernah mengeluh. Ka-
        terjadi apa-apa di jalan nantinya. Tapi, ti- lau badannya tidak enak, ia sendiri akan
        dak ada yang bisa mencegah bapak. Me- pergi ke tukang pijat langganannya. Ah,
        mang di antara cucu-cucunya akulah yang  bapak. Aku sayang bapak. Kami sayang
        tinggal paling jauh, di pesantren. Kakakku  bapak. Bapak sehat terus ya!
        dan kedua adikku sekolah di sekolah fa-
        vorit tidak jauh dari rumah. Hal itu mem-
        buatku merasa mendapat perhatian yang
        lebih dari bapak, selain karena aku yang
        sudah tinggal bersamanya sejak kecil.
               Bapak selalu  terlihat baik-baik
        saja. Bapak tidak jarang tiba-tiba datang
        ke pesantrenku  sebelum  dua  pekan
        sekalipun  “Sal,  kamu  dijenguk,  tuh!
        Tumben,  pasti  bapak  ya?”  Sampai
        teman-teman  pesantren mengenali
        karakter bapak. Kalau aku tiba-tiba di-
        jenguk,  pasti  itu  bapak,  bukan  mama
        atau papa.
               Aku selalu khawatir tingkat siaga
        dua kalau dengar kabar bapak sakit.
        "Halo,  nduk? Minggu  iki Bapak  gak ke
        pondok dulu, ya, rodok meriang ini”
        “Gak papa, Bapak. Bapak sakit apa?”
        “Halah,  Cuma  kecapekan  biasa,  mengko
        lak yo sembuh. Cuma mau leren dhisik”
         “Bohong, suara bapak parau begitu”
        “Mengko nek Bapak sudah bisa kesa-
        na, mau dibawain apa?” lanjutnya di
        seberang
        “Bapak  sehat dulu,  ya.  Aku  mah
        gampang,”
        “Iyo,  Bapak sehat  iki.  Sing betah
   28   29   30   31   32   33   34   35   36   37   38