Page 20 - TOKSOPLASMOSIS-pada-Hewan
P. 20
jenis masakan sate. Dikhawatirkan sate yang dimasak kurang matang
terutama di bagian tengah memungkinkan sista bradizoit masih
aktif sehingga dapat menginfeksi manusia yang mengkonsumsi.
Gejala-gejala klinis toksoplasmosis pada domba dan kambing juga
tidak tampak jelas, mungkin dapat dijumpai demam hingga 41,5 °C,
anemia, batuk-batuk, diare, nafsu makan hilang, kelumpuhan, otot
paha gemetar dan gejala syaraf. Apabila infeksi ini melanjut akan
terjadi keguguran, lahir cacat atau kematian (Marques dan Dacosta,
1985). Infeksi yang terjadi pada kambing diketahui lebih parah
dibandingkan domba (Dubey, 1990).
Kasus toksoplasmosis berbeda dengan penyakit pada
umumnya, penyakit ini tidak menunjukkan gejala klinis spesifik
baik saat berada pada hospes definitif maupun hospes perantara.
Pada kucing misalnya, kucing yang terinfeksi oleh oosista meskipun
dengan jumlah berjuta-juta masih tidak tampak timbulnya
gejala klinis. Hal ini juga menyebabkan data-data mengenai
toksoplasmosis pada hewan di Indonesia masih sangat kurang, salah
satunya disebabkan karena penyakit ini tidak menunjukkan gejala
klinis spesifik. Diagnosa toksoplasmosis secara klinis pada hewan
dan manusia sangat sulit diteguhkan mengingat penyakit ini bersifat
asimptomatis atau subklinis pada infeksi kronis, sedangkan pada
infeksi yang akut, gejala umumnya mirip dengan penyakit infeksi
lain. Sehingga perlu dilakukan upaya pembuktian adanya Toxoplasma
gondii dengan berbagai cara. Secara umum, diagnosa toksoplasmosis
dapat ditegakkan dengan mengelompokkan menjadi 3 macam, yaitu
diagnosa klinis, biologis dan laboratoris. Diagnosa akan menjadi
lebih sulit, jika gejala klinis toksoplasmosis menyerupai penyakit
infeksi dan non infeksi yang lain. Untuk itu, perlu dilakukan
diagnosa lain yang meyakinkan dengan cara isolasi parasit tersebut
dan menginokulasikan jaringan yang diduga pada mencit atau
hewan-hewan percobaan lain yang peka (Soulsby, 1982).
Toksoplasmosis pada Hewan 11