Page 51 - TOKSOPLASMOSIS-pada-Hewan
P. 51
B. Anjing
Toxoplasma gondii merupakan penyakit parasiter yang sering
terjadi juga pada hewan karnivora. Anjing dalam hal ini juga berperan
penting dalam penyebaran toksoplasmosis. Penelitian secara serologis
pada anjing di Eropa menunjukkan adanya tingkat prevalensi yang
besarnya 7-89 % (Dubey dan Beattie, 1988; Svoboda et al., 1987).
Anjing biasanya mendapat infeksi dari T. gondii terutama karena
makan daging yang mengandung sista. Infeksi yang lain dapat
diperoleh melalui kontaminasi dari kotoran kucing yang terinfeksi
toksoplasmosis. Dari infeksi ini, anjing merupakan awal dari sumber
infeksi untuk hewan yang lain. Sista yang diperoleh per oral dalam
bentuk sporozoit akan menembus organ dan berkembang lebih lanjut
secara endodiogeni.
Infeksi toksoplasmosis pada anjing pada umumnya juga berjalan
tanpa menunjukkan gejala klinis yang spesifik, karena parasit ini
secara teratur dikeluarkan oleh anjing yang sehat. Gejala klinis pada
anjing tampak pada anjing umur 1 tahun yang kemungkinan akibat
faktor immunosupresif yang ditimbulkan oleh hospes terhadap infeksi
toksoplasmosis. Namun demikian pada kasus infeksi yang bersamaan
dengan infeksi lain (misalnya Erlichiosis) atau kondisi stres akan
menyebabkan anjing dapat menderita toksoplasmosis (Dubey et
al., 1989). Pada anjing juga pernah dilaporkan adanya infeksi yang
terjadi secara transplasenter atau toksoplasmosis neonatal (Dubey dan
Beattie, 1988).
Infeksi buatan pada anjing yang diberi makan daging yang
mengandung sista toksoplasma, tidak menunjukkan gejala kli nis yang
spesifik, hanya mungkin dijumpai adanya pembengkakan pada nodus
limfatikus. Pada pemberian oosista dalam jumlah yang lebih besar
akan tampak gejala seperti diare dan peningkatan temperatur tubuh.
Pada anjing yang mendapat infeksi alam, menunjukkan gejala-gejala
yang dapat dibagi menjadi 3 kriteria:
42 Toksoplasmosis pada Hewan