Page 125 - E-Book Dasar-dasar Hukum K3_Neat
P. 125
117 | D a s a r - d a s a r H u k u m d a n K 3
Minyak tanah mempunyai suhu nyala 46 derajat Celcius. Oleh sebab itu, pada lampu
petromaks yang menggunakan minyak tanah diperlukan spiritus untuk memulai terjadinya
pembakaran. Spiritus dengan suhu nyala 13 derajat Celcius, relatif lebih mudah dibuat
mencapai keadaan pembakaran, cukup dengan panas dari korek api. Panas hasil
pembakaran spiritus ini kemudian akan memanaskan minyak tanah sehingga pembakaran
kontinu dapat terjadi.
Tetapi, mengapa lampu tempel atau kompor yang juga menggunakan minyak tanah
tidak perlu didahului dengan menyalakannya dengan spiritus? Di sini yang berperan adalah
sumbu pada lampu tempel atau kompor minyak tersebut. Sumbu lampu atau kompor itu
terbuat dari bahan yang berserat dan berpori-pori. Bahan dengan sifat berserat dan berpori
tadi bertindak seolah banyak tabung-tabung sangat mini (kapiler) sehingga minyak tanah
dapat naik dengan spontan (lewat gaya kapiler). Pada saat minyak tanah mencapai ujung
sumbu yang tidak tercelup minyak, butiran minyak tanah tadi akan bersentuhan dengan
udara yang lebih banyak dan memungkinkannya dengan cepat membentuk uap. Akibat dari
hal itu, dengan nyala korek pun suhu nyala di atas sumbu dapat tercapai. Dengan kata lain,
adanya sumbu membuat suhu nyala minyak tanah diturunkan.
Hal yang sama dapat digunakan untuk menjelaskan mudahnya kita menyalakan lilin
yang bersumbu dibandingkan lilin tanpa sumbu atau yang sumbunya terlalu pendek (sampai
rata dengan permukaan lilinnya).
2. Suhu swa-nyala
Nah apakah selalu kita perlukan percikan api atau nyala api untuk mengawali
pembakaran? Tidak! Dengan adanya panas dari luar, misalnya kontak dengan sesuatu yang
panas atau sengaja diberi kalor dari luar, zat dapat juga terbakar. Mesin disel bekerja
dengan cara seperti ini. Campuran solar dan udara dipanaskan dengan cara menaikkan
tekanan dengan menekan piston. Bila campuran sudah cukup panas, solar akan terbakar
dengan sendirinya tanpa perlu percikan api.
Suhu saat bahan dengan spontan mulai terbakar tanpa perlu bantuan percikan api
disebut dengan suhu swa-nyala (auto-ignition point). Semakin rendah suhu swa-nyala
semakin mudah bahan terbakar. Minyak tanah dan premium suhu swa-nyalanya berturut-
turut 250 dan sekitar 430 derajat Celcius. MA dan PA berturut-turut memiliki suhu swa-nyala
477 dan 570 derajat Celcius.
Nah, berbekal data-data di atas, bagaimana kita bisa mengerti kebakaran PT
Petrowidada? MA dan PA suhu swa-nyalanya cukup tinggi, tetapi suhu nyalanya relatif
rendah dan mempunyai rentang FL yang relatif sempit. Salah satu kemungkinan mekanisme
kebakaran adalah tekanan dalam tabung terlalu tinggi sehingga tabung tak dapat menahan
MA/PA. MA/PA bercampur dengan udara mencapai komposisi di daerah rentang FL, ada