Page 107 - Merawat NKRI Ala Kyai Muda.cdr
P. 107
MERAWAT NKRI ALA KYAI MUDA | Tokoh-tokoh Inspiratif dari Pesantren
Gus Amin melanjutkan ke Ploso dengan tujuan memperdalam
kitab kuning. Namun, di Ploso dia sulit bertahan karena tidak
banyak pekerjaan untuk menyambung hidup. Selama di Ploso
Kediri, dia mencukupi kebutuhan dengan menjadi buruh masak.
Dari beberapa ustadz di Ploso, dia disarankan mondok ke Treng-
galek. Dia pun pindah ke Trenggalek. Lalu pindah ke PP Darus
Salam Trenggalek selama empat tahun. Di Trenggalek, dia men-
cukupi kebutuhan dengan bekerja membuat genting. Selain itu,
dia juga dagang sebisanya.
“Di Trenggalek saya punya komunitas “ngerowot” yang hanya
makan tiwul. Jadi saya kulak tiwul ke Trenggalek untuk dijual
ke teman-teman. Hasilnya sudah cukup buat hidup,” jelasnya.
Mulai 1996-2006, dia di Pesantren Fathul Ulum Kwagean Kedi-
ri yang diasuh KH Hannan. ’’Disana saya usaha jilidan dan diri-
kan angkringan untuk santri yang tidak mampu,’’ jelasnya.
Berkat usaha jilidannya, 25 santri yang tidak mampu bisa hidup
mandiri dan terus nyantri. Selama di Kwagean, dia sempat pu-
nya sejumlah karya. Di antaranya Al Maqosidus Syafiyah yang
berisi kaidah Sorof dalam Bahasa Jawa. Al Manahilul Murwi-
yah, kaidah Nahwu dalam Bahasa Jawa. Keduanya diterbitkan
dalam huruf pego alias aksara Jawa yang ditulis dengan huruf
Arab. Kedua buku itu diterbitkan tahun 1999 oleh Percetakan
Darul Amin, Kwagean .
Kedua orang tua Gus Amin, Sukri dan Syamirah selalu men-
dorong agar total dalam mencari ilmu di pesantren. ’’Tiga perta-
ma saya tidak pulang. Tapi begitu pulang, sama bapak dibilangi
mondok kok mulah-mulih. Akhirnya besoknya saya langsung
berkemas kembali ke pondok,” urainya.
Sejak itu dia jarang pulang. Pernah hanya pulang sekali dalam
| 93