Page 108 - Merawat NKRI Ala Kyai Muda.cdr
P. 108
ahmad habibul amin | Ciptakan Pondok Berbasis Ekonomi Kemasyarakatan
kurun waktu empat tahun. Pada tahun 2000 dia menikah dengan
Binti Musyarofah yang juga santri PP Kwagean. Namun demi
meneruskan khidmahnya di Kwagean, dia hanya sehari pulang
pada waktu akad nikah saja dan kembali ke pondok sebagai ben-
tuk tanggung jawab sebagai khodim di Kwagean.
Selang 40 hari dia menjemput istrinya untuk dibawa ke pon-
dok. Setahun kemudian melanjutkan tahfidnya di HMQ Lir-
boyo. Baru 6 tahun kemudian mereka berdua menuju Jombang
atas perintah Kiai Hannan untuk berjuang di Gerdulaut dengan
merintis pesantren yang diresmikan Kiai Hannan dengan nama
Fathul Ulum pada 2006. Jadi dia tak pernah pulang atau boyong
dari pesantren sampai kini dia telah dikaruniai tiga anak. Sejak
2006, dia mulai merintis pondok yang sekarang ini.
“Awalnya saya diminta ngaji seminggu sekali di masjid sini.
Tapi akhirnya sama warga disuruh bikin pesantren,” ungkapnya.
Sebagai motivasi untuk dirinya dan para santri, Pesantren Fathul
Ulum memiliki motto “Ikhtiyar Mencetak Generasi Anfa’ yang
Kelak akan Mengawal Islam Rohmatan Lillalmin Sesuai Skill
Masing-Masing”.
“Kami berikhtiyar merintis pesantren yang kokoh bukan karena
figur, tapi kokoh karena sistem. Baik manajemen kurikulumnya
maupun manajemen ekonominya,” ungkapnya.
Semua gerak ekonomi di pondok harus digerakkan oleh pondok
dengan profesional. Kiai dan keluarganya tidak boleh membuat
usaha di dalam pondok. Kemandirian, kesederhanan dan mau
berproses adalah qodim soleh yang harus dijaga yang kini mulai
terkikis oleh gaya instan di pesantren.
***
| 94