Page 119 - Pengembangan Teaching Factory di SMK Pertanian - M. Reski Sujono
P. 119
pendidikan universitas sebesar 10,23 persen dan vokasi (D1-D3)
hanya 2,79 persen.
Data tersebut memperlihatkan ketimpangan komposisi sumber
daya manusia (SDM) pekerja yang terserap di lapangan kerja
Indonesia. Semakin banyak pekerja berpendidikan rendah, artinya
semakin banyak pula pekerja dengan kemampuan terbatas. Padahal,
industri terus berkembang dan kebutuhan tenaga terampil (skilled) di
Indonesia kian meningkat tiap tahun. McKinsey Global Institute (MGI)
mengolah data BPS 2016 dan menyimpulkan bahwa Indonesia
memiliki potensi untuk menjadi negara dengan ekonomi terbesar
ketujuh dunia pada 2030. Oleh sebab itu, Indonesia membutuhkan
pasokan tenaga kerja terampil sebanyak 113 juta orang. Sementara,
pekerja terampil yang tersedia saat itu hanya berjumlah sekitar 57
juta orang. Artinya, Indonesia masih membutuhkan banyak tenaga
terampil dalam 10 tahun ke depan.
Untuk menghilangkan kesenjangan tersebut, pemerintahan
Indonesia telah mengeluarkan serangkaian kebijakan untuk
menciptakan SDM unggul. Salah satunya adalah
pengarusutamaan pendidikan vokasi. Harapannya, pendidikan
vokasi yang berfokus pada keterampilan di bidang tertentu dapat
mencetak angkatan kerjaterampil dan cocok dengan kebutuhan
industri. Hal itu sesuai Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) Indonesia 2020-2024 untuk membentuk SDM
berkualitas dan berdaya saing, yaitu SDM yang cerdas, adaptif,
inovatif, terampil, dan berkarakter. Langkah serius pemerintah
tersebut diwujudkan dengan pembentukan Direktorat Jenderal
Pendidikan Vokasi (Ditjen Vokasi) di Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan (Kemendikbud) pada 2019. Ditjen ini bertugas untuk
mentransformasi pendidikan vokasi di Indonesia. Lewat Ditjen
Vokasi, ragam program yang langsung menyasar peningkatan
keterampilan SDM Indonesia diluncurkan. Program tersebut antara
lain, link and match, Rumah Vokasi, center of excellence (CoE),
mahasiswa berwirausaha, dan pelibatan industri dalam menyusun
kurikulum.
Link and match merupakan langkah untuk menjembatani
lulusan sekolah atau kampus vokasi dengan dunia usaha dan dunia
industri (DUDI). Di sini, keterlibatan industri sangat dibutuhkan.
Beberapa strategi dasar yang dilakukan bersama oleh satuan
pendidikan vokasi dengan industri mencakup tujuh paket link and
match. Di antaranya sinkronisasi kurikulum serta menghadirkan guru
atau dosen dari kalangan industri minimal 50 jam per program studi
111