Page 39 - Filsafat Pendidikan Vokasi dan Kejuruan - Amran Amiruddin
P. 39
berdasarkan asumsi bahwa pengetahuan berpangkal
dari pengalaman-pengalaman. Untuk menyusun
kembali pengalaman-pengalaman tersebut diperlukan
pendidikan yang merupakan transformasi yang
terawasi dari keadaan tidak menentu ke arah
keadaan tertentu.
Pemikiran Dewey diperkuat oleh Prosser
(Charles Prosser, 1871 – 1952) yang mempercayai
bahwa ilmu pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari
satu bidang pembelajaran ke bidang pembelajaran
yang lain, dan pembelajaran akan efektif jika
dilaksanakan secara khusus dan langsung pada
permasalahannya. Prosser membedakan antara
pendidikan tingkat menengah umum dengan
pendidikan menengah kejuruan. Prosser
memperkenalkan sekolah untuk bekerja, dimana
siswa dibawa untuk mempelajari latihan dan proyek
seperti kondisi kerja yang nyata di industri.
Dalam kaitan dengan dunia pendidikan
kejuruan dan vokasi, kaum pragmatisme
menghendaki pembagian yang tetap terhadap
persoalan yang bersifat teoritis dan praktis. Seperti
yang sudah dipraktikkan di dunia pendidikan kejuruan
60% praktik dan 40% teori atau nanti bisa sebaliknya
karena industri sekarang sudah berbasis
pengetahuan. Pengembangan terhadap yang teoritis
akan memberikan bekal yang bersifat etik dan
normatif, sedangkan yang praktis dapat
mempersiapkan tenaga profesional sesuai dengan
kebutuhan masyarakat. Proporsionalisasi antara
teoritis dan praktis itu penting agar pendidikan
kejuruan dan vokasi tidak melahirkan materialisme
terselubung ketika terlalu menekankan yang praktis.
32