Page 32 - E-Modul Perjuangan Integrasi Timor-Timur 1975-Rekonsiliasi
P. 32
28
Meriam-meriam lainnya yang digunakan tentara Fretilin untuk mengahadapi serbuan pasukan
ABRI yaitu Meriam LX. Arenal Real Doexercito. Merian tersebut diterima KODAM V Brawijaya
tahun 1980 sebagai hasil rampasan perang. Hingga saat ini meriam peninggalan Kolonial Portugis
tersebut masi dapat digunakan (Disjarahad, 2018).
Gambar 19. Bejana Besi, Rampasan Dari Timor-Timur
Sumber: Dokumentasi Observasi Museum Brawijaya
Bejana besi berbentuk pengayuh air (Bahasa Jawa Sewur) berasal dari Portugis, merupakan
salah satu peralatan pabrik oli di Portugis. Selanjutnya oleh Missi Katholik dibawa ke Timor-Timur dan
diletakkan di belakang Gereja Katedral, Dilli. Kemudian diisi air suci dan dipergunakan sebagai
permandian dalam upacara Agama (Baptis) (Disjarahad, 2018).
Pada tahun 1975 di Timor-Timur terjadi konflik, sebagian besar rakyat Timor-Timur
menyatakan Integrasi dengan Republik Indonesia maka peralatan ini berubah fungsi lagi dari alat
permandian menjadi sumur penembakan dan perlindungan yang dapat menyelamatkan jiwa prajurit
ABRI (Brigif 2 KODAM V Brawijaya) (Disjarahad, 2018).