Page 27 - E-Modul Perjuangan Integrasi Timor-Timur 1975-Rekonsiliasi
P. 27
23
melakukan kunjungan ke Markas Besar TNI di Cilangkap dan bertemu dengan Panglima TNI Djoko
Santoso. Kunjungan dari PM Xanana Gusmao bertujuan untuk melanjutkan kerja sama pertahanan dan
kerjasama militer, adapun kerja sama di bidang militer antara lain Pemerintah Timor Leste akan
mengirimkan perwira-perwiranya untuk dididik dan dilatih di Sekolah Komando Angkatan Laut
(Seskoal) dan di Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) Indonesia. Kunjungan ini membuktikan
bahwa intensitas hunbungan kedua negara semakin membaik (Pinto, 2015).
Selanjutnya di tahun 2009, untuk pertama kali dalam sejarah pasca-referendum, Panglima TNI
Jenderal Djoko Santoso berkunjung ke Timor Leste untuk bertemu Panglima Mayjen Taur Matan Ruak
dan mempererat hubungan antara Tentara Nasional Timor Leste (F-FDTL) dan TNI. Meningkatnya
kerja sama ini bermula sejak kunjungan Presiden Abdurrahman Wahid dan Megawati ke Timor Leste.
Secara formal kerja sama ini semakin diperkuat oleh kunjungan militer tersebut. Kunjungan tersebut
terjadi atas undangan Panglima F-FDTL yang melihat pentingnya Timor Leste membangun kembali
relasi dengan Indonesia. Di tahun yang sama TNI mengundang perwira-perwira Tinggi Timor Leste
untuk menghadiri pameran militer di Jakarta. Setelah pameran itu berlangsung, ada cerita menarik
ketika Kolonel Lere Anan Timur berinisiatif ingin bertemu Prabowo. Kedua orang tersebut adalah
musuh yang saling memburu pada masa ketika perang, Prabowo sendiri pernah bersembunyi 12 jam
terkepung pasukan Kolonel Lere namun akhirnya berhasil lolos. Pertemuan itu terjadi pada suatu siang,
tepatnya tanggal 21 November 2009, di Hotel Borobudur Jakarta (Pinto, 2015).
Kolonel Lere Anan datang bersama penerjemah karena dia tidak bisa berbahasa Indonesia. Ketika
Prabowo datang ia memberikan penghormatan ala militer kepada Lere dan dibalas dengan
penghormatan ala militer pula oleh Lere. Keduanya saling berangkulan, tanda saling menghormati.
Perbincangan berlangsung seru karena mengenang masa-masa perang, dan pada akhir perbincangan
Prabowo menegaskan, semua yang terlibat langsung dalam pertempuran dan menyaksikan sedemikian
banyak orang gugur dalam pertempuran memiliki kewajiaban untuk membangun kembali persahabatan
antara kedua bangsa dan negara. Pertemuan antara Kolonel Lere Anan dan Prabowo adalah sebagian
kecil dari berbagai pertemuan akrab antara Perwira tinggi FALINTIL dan Perwira tinggi TNI. Dalam
buku Timor Timur karya Kiki Syahnakri (2012. Timor Timur: The Untold Story) menjelaskan berbagai
pertemuan akrab Perwira TNI dan Perwira FALINTIL setelah referendum ataupun sebelum referendum
membuktikan kedua negara ingin yang terbaik untuk membangun perdamaian bersama (Pinto, 2015).
Di tahun 2010 Timor Leste menerima draft perjanjian pertahanan dari Pemerintah Indonesia,
yang menandai dimulainya pembelian Senjata atau Alutsista dari perusahaan-perusahaan di Indonesia.
Perjanjian-perjanjian lain juga dilakukan pada bidang Militer, Ekonomi, Budaya, Teknologi dan juga
perjanjian untuk masa mendatang. Pada tahun 2011 Perdana Menteri Xanana Gusmao kembali
mendatangi Indonesia dan berkunjung ke Jakarta. Xanana disambut langsung oleh Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono, Xanana menyempatkan diri untuk menyalami semua menteri kabinet Indonesia
Bersatu II. Xanana juga didampingi sejumlah pejabat Timor Leste (Pinto, 2015).
Usai acara penyambutan, acara dilanjutkan dengan pertemuan bilateral dua negara. Kedua kepala
pemerintahan juga dijadwalkan untuk menyaksikan penandatanganan kerjasama di bidang pendidikan
dan pelatihan diplomatik, MoU (Memorandum of Understanding) peningkatan kapasitas dalam
pekerjaan umum, MoU bidang pariwisata dan Industri, MoU pengembangan Infrastruktur serta MoU
kerjasama teknis desentralisasi. Rekonsiliasi kedua negara ini kelak mengantarkan kedua negara
menuju masa depan yang lebih baik sabagai sahabat, saudara, dan tetangga terdekat. Timor Leste dan
Indonesia masa kini dan masa depan adalah “saudara dan sahabat yang saling mengharai dan