Page 104 - SEJARAH PERLAWANAN TERHADAP IMPERIALISME DAN KOLONIALISME DI KALTIM
P. 104
-------------------- --------··---· .. ·-·--·------
SungafUlak dahulu bekas pusat pemerintahan kerajaan Berau,
dirampok oleh suku Bugis dan Sulu. Kampung Pujut wilayah
Gunung Tabur diserang oleh suku Bugis. Muara Bangun ke-
dudukan sultan Gunung Tabur diserang oleh suku Bugis dan
Sulu. Pemimpin-pemimpin pejuang suku Bugis ialah Tuassa
dan pemimpin bangsa Sulu yang mengadakan perlawanan
terhadap kerajaan yang diakui Belanda sebagai jajahannya
itu ialah Datu Kamsah. 1 4
Untuk mengatasi keadaan yang selalu tidak aman itu
sultan Gunung Tabur meminta bantuan ipar raja Alam saudara
isterinya yang menjadi Pangeran Mangkubumi kerajaan Kutai
dan memerintah di Batu Putih. Pangeran ini hanya dapat ber-
tahan selama dua tahun di Batu Putih. Untuk mententeramkan
keadaan yang tidak ada kepastian itu, Sultan Gunung Tabur
dan Pangeran Mangkubumi, bersama-sama memajukan permo-
honan kepada gubernemen Belanda di Makasar, supaya raja
Alam dengan keluarga serta putra-putra dan cucunya dikem-
balikan ke Berau.
Permohonan ini, disetujui oleh pemerintah kolonial Be-
landa pada tanggal 15 September 1836. Setahun kemudian
pada tanggal 24 Juni 183 7 gubernemen Belanda mengijinkan
raja Alam dengan keluarganya kembali ke Batu Putih dengan
ketentuan raja Alam harus mengakui kedaulatan Belanda.
Raja Alam memindahkan ibukota kerajaannya dari Batu Putih
ke Tanjung daerah kampung Bugis Tanjung Redeb sekarang.
Antara kedua kerajaan itu yaitu Gunung Tabur dan Sam-
baliung selalu saja terjadi peperangan. Karena raja Alam tidak
dapat memenuhi perjanjian yang diduktekan Belanda, ia kem-
bali ke Batu Putih dan meinggal di tempat 7 Juli 1848. 1 5
la dirnakamkan di sungai Rindang dekat Batu Putih.
Putranya sultan Hadi Jalaluddin yang diangkat Belanda
sebagai sultan Sambaliung yang sejak tahun 1844, meninggal
14_ H. van Hoevell, "Aanteekeningen omtrent de Noordkust van Borneo",
TBG, 4, 1885, halaman 426
15. J. Hageman; op. cit, hal. 88
95