Page 106 - SEJARAH PERLAWANAN TERHADAP IMPERIALISME DAN KOLONIALISME DI KALTIM
P. 106
dagang yang didektikan pedagang Belanda. Raja Alam yang
dicapnya sebagai penjudi dan pemadat yang tidak dapat di-
pegang janjinya, mempunyai hutang, tetapi hanya dibayar de-
ngan janji-janji saja.
Perjanjian tanggal 27 September 1834 itu, rupanya hanya
di atas kertas saja. Pemerintah kolonial Belanda tidak mempu-
nyai wibawa terhadap kerajaan Gunung Tabur dan kerajaan
Sambaliung.
Pada tahun 1876 Amiril meninggal dunia, kemudian di-
gantikan anaknya sultan Hasanuddin. Di masa ini kerap kali
terjadi peperangan kecil dengan kerajaan Sambaliung, tetapi
kemudian dapat didamaikan oleh asisten residen dari Sama-
7
rinda.1 ')
Pada tahun 1882 sultan Hasanuddin Gunung Tabur, me- ·
ninggal dunia ia digantikan oleh sepupunya Aji Kuning putra
raja Alam Gunung Tabur. Pada pemerintahan Aji Kuning ini,
hubungan kerajaan dengan gubernemen Belanda tidak terdapat
keserasian. Setelah Aji Kuning menunaikan haji kecurigaan
Belanda semakin bertambah tidak senang kepada pemerintah-
an Haji Aji Kuning yangdiakui Belanda. Sebagian besar rakyat
membela kepada beliau. Sultan Haji Aji Kuning pindah ke
Sambaliung diiringkan oleh Pangeran-pangeran, ketua-ketua,
rakyat turut pindah ke kerajaan Sambaliung dan membuat
kampung di Tanjung Baru, Karang Embun, Gurimbang, Beba-
nir dan Sepinang. 1 8
Masalahnya ialah Haji Aji Kuning, seorang raja yang tidak
selalu menurut kehendak gubernemen Belanda. Beliau berpen-
dirian kerajaan Gunung Tabur dengan gubernemen adalah me-
rupakan dua pemerintahan yang mengadakan hubungan persa-
habatan. Gubernemen tidak berhak mencampuri pemerintahan
kesultanan dan pengangkatan atau penggantian sultan. Haji Aji
Kuning, menurut adat istiadat kerajaan, berhak untuk menjadi
17. Or. J. Eisenberger, op. cit. hal. 64
18. Ibid, hal."72
97