Page 103 - SEJARAH PERLAWANAN TERHADAP IMPERIALISME DAN KOLONIALISME DI KALTIM
P. 103
nya dibuang ke laut. Melihat peristiwa itu, isterinya Pangeran
Ratu Ammas Mira, yang sangat setia pada suaminya, melompat
ke laut bersama-sama anaknya yang masih kecil. la dengan
anaknya dapat diselamatkan. Karena Raja Alam dengan ke-
luarganya antara lain putranya Hadi Jalaluddin Pangeran Ratu
Ammas Mira isteri dari Syarif Dakula, dianggap berbahaya oleh
pemerintah kolonial Belanda, mereka diasingkan ke Makasar
sebagai tawanan negara (staatgevangene). Sultan Bongkoch
putra dari raja Alam dapat melepaskan diri.
Setelah perlawanan raja Alam dengan sekutu-sekutunya
yang terdiri dari pejuang Bugis yang dipimpin Pangeran Petta,
dan orang-orang Sulu di bawah pimpinan Syarif Dakula, pe-
merintah kolonial Belanda mengadakan Perjanjian dengan
sultan Gubung Tabur pada tanggal 27 September 1834 yang
berbunyi sebagai berikut: 1 2
1. Batu Putih dan Berau, menurut hukum perang, sebagai
negeri yang dikalahkan masuk dalam kekuasaan Belanda.
2. Sultan Gunung Tabur Aji Kuning berjanji akan melin-
dungi keamanan kerajaan dan perdagangan dari bajak
laut, dan akan mentaati segala perintah dari Gubernemen
Belanda di Makasar, berjanji akan menyerahkan bajak
laut dan setiap tahun akan mengirim utusan ke Makasar.
3. Landschap Sambaliung a tau Tanjung, semen tara pengu-
rusannya diserahkan kepada sultan Gunung Tabur sebagai
vazal gubernemen Hindia Belanda, sebagai tanah pin-
jaman (als vazal van het Ned. Ind. Gouv. en als leen).
4. Sultan Gunung Tabur harus segera menghadap guberne-
men Belanda ke Makasar . 1 3
Selama Raja Alam dalam pembuangan di Makasar sejak
1834 kerajaan Berau menjadi tidak aman. Pengikut-pengikut
'Syarif Dakula dan Pangeran Petta, melakukan pengacauan di
perairan selat Makasar dan kampung-kampung di daerah Berau.
12. Ibid, halaman 102
13. J. Hageman, op. cit, hal. 103
94