Page 90 - SEJARAH PERLAWANAN TERHADAP IMPERIALISME DAN KOLONIALISME DI KALTIM
P. 90
------------------------------~----
Sesudah kerajaan Majapahit menjadi lemah, Berau dengan
seluruh wilayahnya mendirikan kerajaan sendiri yang dapat di-
pertahankannya sampai penjajah Belanda mendudukinya pada
tahun 1834. Letak kerajaan Berau pada waktu jayanya antara
1 ¥2° _:_ 7° dan 116° - 119° BT. Luas kerajaan Berau termasuk
Bulungan dan Tidung sebesar 3 x negeri Belanda dengan
jumlah penduduk pada tahun 1848 sebanyak 100.000 jiwa di
daerah Bulungan (Belchers Voyage, London 1848) dan Berau
sekitar 20 .000 orang.
Daerah yang cukup luas mempunyai potensi yang sangat
besar, dengan sumber alam yang cukup banyak. Hu tan yang
sangat luas dengan hasil seperti kayu ekspor, sarang burung,
rotan, kayu gaharu, hasil tambang minyak tanah di pulau Ta-
rakan dan Bunyu, batubara di Teluk Bayur (Berau), emas di
sungai Kelay yang pernah ditulis oleh J. Hagemam dalam la-
poran perjalanannya.
Lau tan yang kaya dengan bermacam-macam ikan, penyu,
teripang yang pada abad XIX menjadi salah satu bahan komo-
diti perdagangan jaman itu.
Sungai-sungai besar seperti; sungai Berau (Kuran), sungai
Kayan, sungai Sekatak, sungai Sembakung dePlgan sungai
Sebuku. Dataran rendah yang maha luas diselang-selingi oleh
gunung-gunung yang ditunibuhi oleh tumbuh-tumbuhan yang
tetap menghijau sepanjang tahun.
Berau pernah dilukiskan oleh seorang pengunjung bangsa
Eropah sebelum abad ke-XIX, yang diungkapkan kembali oleh
H. Van de Wall dalam bukunya yang berjudul "Aantekeningen
omtrent de Noordoostkust van Borneo (TBG) deel 4, 1885,
halaman 428, sebagai berikut:
Daerah-daerah ini memberikan sepanjang sungai-sungai
yang dapat dilayari dengan pemandangan-pemandangan
yang romantis, liar dengan kesuburan yang melimpah
ruah. Berau pernah dinamai oleh seorang pengunjung se-
bagai Zwis-nya Borneo, betul-betul merupakan tempat
yang layak bagi masyarakat yang rajin.
81
J