Page 130 - Maluku dan Luwu CMYK.indd
P. 130

ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN PERADABAN ISLAM DI KAWASAN INDONESIA TIMUR: MALUKU DAN LUWU



                 Di kawasan timur Nusantara,  tercatat beberapa  bandar yang membentuk
              jaringan  pelayaran lokal. Di daerah  yang  sekarang masuk Kabupaten  Maluku
              Tengah (Provinsi Maluku) terdapat Hitu sebagai pusat bandar yang membawahkan
              bandar-bandar kecil yang lain seperti Seram Laut/Gorong, Kei-Aru, dan Tanimbar.
              Dari Hitu komoditi yang  dihasilkan dari pelabuhan  kecil  tersebut  kemudian
              dibawa ke pelabuhan yang jauh seperti Jepara dan Gresik di Tanah Jawa.


                 Di daerah Maluku Utara terdapat empat pusat bandar utama yaitu Jailolo,
              Bacan,  Ternate,  dan  Tidore.  Tidore  membawahkan  beberapa  bandar  di
              Halmahera Timur, Kepulauan Raja Ampat, dan Irian Barat; Ternate membawahi
              bandar-bandar di Kepulauan Banggai, pesisir timur sampai utara Sulawesi; Jailolo
              membawahi bandar-bandar di pesisir barat Pulau Halmahera.

                 Pada  sekitar  abad  ke-18,  hingga  meletusnya Tambora  (10–15  April 1815),
              Sumbawa dikenal sebagai penghasil beras terbesar di Asia Tenggara. Beras dari
              tempat itu dipasarkan ke Malaka untuk selanjutnya diteruskan ke bandar lain di
              Asia Tenggara daratan seperti Yangoon dan Bangkok. Pelayaran dari Sumbawa

              tidak dilakukan secara langsung tetapi singgah di Banjarmasin dan Gresik.
                 Jalur pelayaran bisa terbentuk bukan saja dari alasan perdagangan, tetapi dapat

              juga dari alasan politik dan keluarga. Hubungan emosional antara Malaka–Palembang
              cukup erat.  Sejarah Melayu  mencatat bahwa seorang bangsawan Palembang,
              Parameswara, meninggalkan tempat kelahirannya untuk merantau. Awalnya (abad
              ke-14) ia berangkat menuju Ketapang di Kalimantan Barat untuk bertemu dengan
              Raja Majapahit. Dari Ketapang, ia ke Temasek (sekarang Singapura) dan akhirnya
              tiba di sebuah perkampungan nelayan yang bernama Malaka. Oleh Parameswara
              perkampungan ini kemudian dibangun menjadi sebuah kota.

                 Pada Era Perdagangan Rempah, sebelum dikuasai Portugis pada 1511 Malaka
              merupakan bandar besar. Dari Malaka komoditi perdagangan dibawa ke tempat

              lain seperti Asia Barat dan Eropa, Thailand, Vietnam, dan Jepang. Akibat ramainya
              perdagangan  laut  dan tumbuh serta berkembangnya  kota, penguasa  Malaka
              membuat Hukum Kanun Malaka yang berisi tentang pengaturan pemerintahan
              dan kehidupan rakyat. Demikian pentingnya Malaka maka tidak heran apabila
              ada pepatah yang menyebutkan “Barangsiapa dapat menguasai Malaka, ia dapat
              mencekik Eropa.”




                                              114
   125   126   127   128   129   130   131   132   133   134   135