Page 126 - Maluku dan Luwu CMYK.indd
P. 126

ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN PERADABAN ISLAM DI KAWASAN INDONESIA TIMUR: MALUKU DAN LUWU



              Nusantara.  Disampaikan  oleh Tomé Pires  bahwa satu kuintal lada yang  dibeli
              dengan nilai 4 cruzados di Malaka laku dijual dengan harga 15 atau 16 cruzados
              di Tiongkok (Cortesaõ [ed.] 1967). Dari selatan, kapal-kapal yang sarat dengan
              rempah-rempah dan kayu harum, hasil bumi dan hasil hutan Sumatera, Jawa,
              dan Kepulauan  Maluku,  datang mengisi  gudang-gudang saudagar  di Malaka.
              Kegiatan tersebut memberikan pengaruh yang besar atas tumbuh-kembangnya

              bandar-bandar  pesisir utara Pulau  Jawa  seperti  Cirebon, Demak,  Jepara,  dan
              Tuban, selain memberi kesempatan diperolehnya pangsa pasar yang luas atas
              produk berupa cengkih dari Maluku, pala dan bunga pala dari Banda, dan kayu
              gaharu dari Lombok, atau kayu cendana dari Timor.

                 Kedatangan  Diego Lopes de  Sequiera  pada  1509 di Pedir menandai
                                                       2
              hubungan Sumatera dan Portugal sebelum orang Portugis menguasai Malaka.
              Ia melanjutkan pelayaran ke Pasai di Aceh, dan kemudian ke Bandar Malaka di
              Semenanjung Tanah Melayu. Tujuannya menguasai kekayaan alam Pasai, yang
              antara lain menghasilkan kamper (kapur barus), damar, lada, dan jahe. Namun,

              akibat serangan Aceh pada 1524, Portugis meninggalkan bentengnya di Pasai.

                 Penaklukan Goa dan Malaka oleh orang Portugis mengakibatkan perubahan
              rute perdagang an rempah. Sebelumnya, lada dibawa melalui Laut Merah, lewat
              jalan darat ke Kairo, dilanjutkan dengan kapal melalui Laut Tengah, dan masuk ke
              Eropa. Setelah itu rute bergeser ke selatan Afrika melalui Tanjung Harapan. Hal
              itu jelas menguntungkan pihak Portugal, dan sebaliknya merugikan orang-orang
              Venesia.

                 Saudagar Muslim yang tidak mau lagi singgah di Malaka cenderung berdagang
              di bandar-bandar pesisir utara Jawa dan kawasan barat Nusantara, seperti Aceh

              di Sumatera. Aceh yang beruntung, mampu menciptakan bandar altematif bagi
              saudagar yang enggan menyinggahi Malaka. Seba gian ruas Selat Malaka berada
              di bawah kontrolnya sehingga mengganggu arus perdagangan orang Portugis di
              Nusantara. Aceh juga berkali-kali me nye  rang Malaka, bahkan menyerbu Patani
              (selatan Thailand), Johor,  dan Perak  (Tahir Al-Haddad  1957). Menurut  sumber
              Tiongkok, ketika itu Aceh mengekspor kayu gaharu, cengkih, dupa, lada, kayu
              sapang, dan sebagainya. 3
              2  Pemimpin armada pertama orang Eropa yang tiba di Asia Tenggara yang selamat dari serangan
                 orang Melayu; lihat Reid (2002).
              3  Dalam hal ini Aceh berfungsi sebagai pelabuhan antara karena Aceh tidak menghasilkan rempah
                 dan kayu-kayuan harum; lihat Groeneveldt (1960).
                                              110
   121   122   123   124   125   126   127   128   129   130   131