Page 134 - Maluku dan Luwu CMYK.indd
P. 134
ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN PERADABAN ISLAM DI KAWASAN INDONESIA TIMUR: MALUKU DAN LUWU
juga barang-barang untuk keperluan upacara ajaran Hindu dan Buddha seperti
genta, kakkhara (ujung tongkat bhiksu/pendeta), dan arca-arca perunggu.
Sebelum Islam, para saudagar, pendeta, dan bhiksu menyebarkan budaya India
1
di Nusantara, termasuk penyebaran ajaran Hindu dan Buddha. Pada masa abad
ke-7 hingga abad ke-10 Masehi, Sriwijaya pernah menjadi pusat pengajaran
Buddha. Dengan demikian, kuat dugaan bahwa Islam masuk ke Nusantara juga
dibawa oleh para saudagar.
Sumber-sumber tertulis yang merupakan catatan harian orang-orang
Tionghoa, Arab, India, dan Persia menginformasikan bahwa tumbuh dan
berkembangnya pelayaran dan perdagangan melalui laut antara Teluk Persia
dengan Tiongkok sejak abad ke-7 Masehi atau abad ke-1 Hijriah disebabkan oleh
dorongan pertumbuhan dan perkembangan pelbagai emporium besar di ujung
barat dan ujung timur benua Asia. Di ujung barat terdapat emporium Muslim di
bawah kekuasaan Khalifah Bani Umayyah (660–749 Masehi), dan Bani Abbasiyah
(750–870 Masehi) (Hourani 1951). Di ujung timur Asia terdapat kekaisaran
Tiongkok di bawah kekuasaan Dinasti T’ang (618–907 Masehi) (Tjandrasasmita
dalam Soebadio dan Sarvas [ed.] 1978: 143). Kedua emporium itu mungkin yang
mendorong majunya pelayaran dan perdagangan Asia, demikian pula peranan
Sriwijaya sebagai sebuah emporium yang menguasai Selat Malaka pada abad
ke-7 hingga abad ke-11 Masehi. Emporium itu merupakan kerajaan maritim yang
menitikberatkan pada pengembangan pelayaran dan perdagangan. Demikian
berkuasanya emporium Sriwijaya sehingga dapat menentukan besar-kecilnya
cukai yang harus dibayarkan oleh kapal-kapal niaga yang melewati wilayah
kekuasaannya.
Nama Persia yang sekarang disebut Iran, menurut catatan harian Tionghoa
adalah Po-sse atau Po-ssu yang biasa diidentifikasikan atau dikaitkan dengan
kapal-kapal Persia, dan sering pula diceritakan sama dengan sebutan Ta-shih
atau Ta-shih K’uo yang biasa diidentifikasikan dengan Arab. Po-sse dapat juga
1 Pada 2004, di perairan Laut Jawa sebelah utara Cirebon, Jawa Barat, ditemukan runtuhan sebuah kapal yang
diduga tenggelam karena kelebihan muatan. Berdasarkan pertanggalan keramik dan teknologi pembuatannya,
kapal yang tenggelam tersebut berasal dari sekitar abad ke-10 Masehi. Muatannya bermacam-macam yang
berasal dari berbagai tempat di luar Nusantara. Berdasarkan ciri-ciri fisiknya, dapat diduga bahwa barang-
barang muatan kapal tersebut berasal dari daerah Persia, India, dan Tiongkok. Sebagian besar merupakan
barang dagangan, dan sebagaian lagi merupakan barang-barang untuk upacara keagamaan atau benda-benda
keagamaan (lihat Utomo 2007: 4–15).
118