Page 139 - Maluku dan Luwu CMYK.indd
P. 139

ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN PERADABAN ISLAM DI KAWASAN INDONESIA TIMUR: MALUKU DAN LUWU



               Jepara.

                   Dalam catatannya, Galvao menunjukkan bahwa salah satu jalur pelayaran
               yang penting dan aman dalam abad ke-16 adalah jalur utara Nusantara, melalui
               Sulawesi  Utara,  Kalimantan  Utara,  atau  melalui  Kerajaan  Sulu  di  Mindanau,
               kemudian menuju Malaka. Selain itu, dari Sulawesi Utara dapat membelok ke
               selatan melalui Selat Makassar hingga ke Pulau Jawa. Jalur pelayaran ini juga dapat

               terus ke pelabuhan-pelabuhan  di Tiongkok. Selanjutnya Galvao menyebutkan
               bahwa agama Islam yang datang di Maluku Utara sebagian berasal dari Malaka
               dan dibawa oleh saudagar dan mubalig melalui jalur pelayaran tersebut (Leirissa
               1973: 4).

                   Berbagai pendapat mengenai masuknya Islam di Maluku mempunyai satu
               kesamaan, yaitu bahwa penyebaran Islam mengikkuti jalur-jalur niaga pada masa
               itu, dengan sasaran  utama  kota-kota  pantai dan bandar-bandar  perniagaan.
               Bagaimana,  mengapa  dan  kapan  penduduk  Maluku  mulai  menganut  agama
               Islam?  Tidak  terjadi  kesepakatan  bulat  di  kalangan  para  pakar  sejarah dan

               arkeologi untuk menjawab pertanyaan tersebut. Hal yang dapat disepakati adalah
               bahwa  para  saudagar  asing dari Arab,  Persia, Gujarat, Tionghoa, berikut  para
               saudagar Jawa dan Melayu yang telah memeluk agama Islam, merupakan para
               penyebar agama Islam di Kepulauan Maluku pada masa awal era perdagangan
               rempah sekitar abad ke-14/15 Masehi.

                   Siapa  yang dapat  direpresentasikan para  saudagar  asing seperti  yang
               dimaksud  dalam  premis  sejarah tersebut?  Syekh Mansur dari  Arab yang
               bermukim di Tidore pada masa pemerintahan Kolano Caliati, dan Datu Maulana
               Husein dari Gresik yang bermukim di Ternate pada masa pemerintahan Kolano

               Marhum merupakan saudagar asing dan Nusantara yang melakukan Islamisasi
               Maluku.

                   Proses berkembangnya Islam di Maluku didorong oleh pergaulan masyarakat
               setempat. Sebagai  kota bandar  yang  banyak dikunjungi saudagar  luar, sudah
               barang tentu terjadi interaksi  antara para pendatang  dan penduduk  pribumi.
               Akibat interaksi tersebut  terjadi pembauran  yang  diikuti  oleh perkawinan di
               antara pendatang  dan penduduk  pribumi.  Proses  itu cukup  signifikan dalam
               mempercepat  penyebaran  Islam  di  kalangan  penduduk  Maluku.  Secara




                                              123
   134   135   136   137   138   139   140   141   142   143   144